Britainaja – Tak selalu karena perselingkuhan atau masalah keuangan, sejumlah hubungan rumah tangga berakhir justru akibat hal-hal kecil yang diabaikan. Psikolog hubungan asal Amerika Serikat, Mark Travers, menjelaskan empat faktor sederhana yang kerap memicu pertengkaran dan bahkan perceraian.
Fenomena perceraian di kalangan publik figur kembali menarik perhatian publik beberapa waktu terakhir. Dalam sebulan terakhir, beberapa selebritas diketahui menggugat cerai pasangannya, memunculkan berbagai spekulasi mengenai penyebab keretakan rumah tangga mereka.
Banyak yang menilai perceraian kerap disebabkan oleh hal besar seperti ketidaksetiaan, kekerasan, atau masalah ekonomi. Namun, Mark Travers menegaskan bahwa justru masalah-masalah kecil yang diabaikan dalam keseharian bisa berkembang menjadi konflik serius.
“Masalah kecil seperti nada bicara, cara berkomunikasi, atau pembagian pekerjaan rumah yang tidak seimbang bisa perlahan mengikis rasa hormat dan kasih sayang,” ujar Travers dalam penjelasannya. Ia menekankan pentingnya komunikasi sehat agar persoalan sepele tidak menjadi sumber keretakan emosional.
Berikut empat penyebab umum yang sering memicu pertengkaran berulang dan bisa berujung pada perceraian menurut Travers:
1. Nada Suara dan Sikap Merendahkan
Nada bicara yang meninggi, sindiran, atau ekspresi sinis seperti memutar mata bisa dianggap sebagai bentuk penghinaan. Penelitian menunjukkan bahwa sikap merendahkan adalah salah satu faktor utama yang merusak hubungan karena mengikis rasa hormat antar pasangan.
Berbeda dengan kritik langsung, penghinaan biasanya muncul dalam bentuk non-verbal yang tampak ringan namun berdampak besar secara emosional. Jika dibiarkan, perilaku ini dapat membuat pasangan menjauh secara psikologis.
2. Campur Tangan Keluarga
Konflik yang melibatkan keluarga sering kali menimbulkan ketegangan karena pasangan merasa dukungan emosionalnya tidak seimbang. Salah satu pihak mungkin merasa pasangannya lebih memihak keluarga sendiri, sehingga muncul perasaan diabaikan.
Dalam rumah tangga yang sudah memiliki anak, perbedaan nilai dalam pola asuh juga bisa memperbesar ketegangan ini. Bila tidak diselesaikan dengan empati dan komunikasi terbuka, masalah ini dapat menjadi sumber pertikaian jangka panjang.
3. Pembagian Tugas Rumah yang Tidak Adil
Pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, membersihkan rumah, atau mengurus anak mungkin tampak sepele, tetapi ketidakseimbangan dalam pembagiannya bisa menimbulkan rasa tidak adil.
Penelitian menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, satu pihak menanggung beban tanggung jawab lebih besar dibanding pasangannya. Beban emosional yang tidak diakui ini dapat memicu frustrasi, yang lama-kelamaan berkembang menjadi pertengkaran rutin.
4. Pola Komunikasi yang Buruk
Gaya komunikasi yang buruk adalah sumber konflik paling umum dalam hubungan. Saat pasangan lebih sering memperdebatkan cara berbicara ketimbang isi pembicaraan, masalah sebenarnya menjadi sulit diselesaikan.
Sikap defensif, menyalahkan, atau mengabaikan perasaan pasangan dapat memperburuk situasi. Masalah yang seharusnya kecil akhirnya berkembang menjadi konflik besar yang meninggalkan luka emosional mendalam.
Cara Mencegah Perceraian
Meski pernikahan rentan terhadap berbagai tantangan, ada banyak langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga keharmonisan. Travers menekankan bahwa kunci utamanya adalah membangun kepercayaan, menjaga komunikasi terbuka, dan belajar berkompromi.
Berikut beberapa langkah praktis yang dapat diterapkan:
-
Bangun Kepercayaan
Kejujuran dan keterbukaan menjadi fondasi utama hubungan yang sehat. Dengan saling percaya, pasangan akan lebih mudah bekerja sama dan menghadapi masalah bersama. -
Bersedia Berkompromi
Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Namun, kemampuan untuk mendengarkan dan mencari titik tengah akan membantu menghindari pertikaian berulang, terutama dalam isu sensitif seperti keuangan dan pengasuhan anak. -
Ekspresikan Perasaan dengan Tenang
Mengungkapkan perasaan secara jujur dan tenang membantu pasangan memahami satu sama lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Ini juga memperkuat koneksi emosional. -
Jadi Pendengar yang Baik
Mendengarkan dengan empati sama pentingnya dengan berbicara. Ketika seseorang merasa didengarkan, mereka akan lebih terbuka dan hubungan pun menjadi lebih harmonis. -
Belajar Memaafkan
Tidak ada hubungan yang sempurna. Memaafkan kesalahan pasangan dapat membuka ruang untuk rekonsiliasi dan memperkuat ikatan emosional dalam jangka panjang.
Perceraian sering kali tidak terjadi karena satu kesalahan besar, melainkan karena tumpukan masalah kecil yang dibiarkan tanpa penyelesaian. Dengan komunikasi yang sehat, rasa hormat, dan kemauan untuk saling memahami, hubungan rumah tangga bisa tetap kuat meski menghadapi banyak perbedaan. (Tim)









