Britainaja – Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII, Raja Keraton Surakarta Hadiningrat, wafat pada Minggu (2/11/2025) dan akan di makamkan di Kompleks Makam Imogiri, Bantul, pada Rabu (5/11/2025). Prosesi pemakamannya akan dilakukan melalui kirab dari Surakarta menuju Yogyakarta dengan tata upacara adat keraton.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII sebelumnya telah menjalani serangkaian prosesi adat sebelum di bawa ke tempat peristirahatan terakhir. Jenazah dikirab menggunakan Kereta Pusaka Rata Pralaya, kereta kerajaan bersejarah yang selama berabad-abad di gunakan untuk upacara pemakaman para raja.
Pemakaman PB XIII di Imogiri bukan hal yang baru dalam tradisi Keraton Surakarta. Kompleks pemakaman yang berada di perbukitan Girirejo, Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, memang di kenal sebagai tempat peristirahatan para raja dan ratu keturunan Mataram Islam.
Sejarah dan Kedudukan Makam Imogiri
Makam Imogiri di bangun pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, Raja Mataram Islam yang memimpin pada 1613-1645. Lokasinya berada di puncak bukit, menghadap selatan, dan di yakini memiliki nilai simbolik yang berkaitan dengan keagungan dan hubungan spiritual penguasa Jawa dengan alam dan Sang Pencipta.
Nama kawasan tersebut di kenal pula sebagai Pajimatan Girirejo. Tradisi pemakaman di Imogiri terus berlanjut meskipun Mataram Islam kemudian terpecah melalui Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang melahirkan dua kekuasaan: Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Kendati Imogiri terletak lebih dekat dengan pusat Keraton Yogyakarta, kedua kerajaan tetap sepakat mempertahankan pemakaman keluarga raja Mataram di lokasi tersebut.
Pembagian Kompleks Makam
Mengutip arsip Keraton Yogyakarta, Kompleks Makam Imogiri terdiri dari beberapa komplek pemakaman inti atau kedhaton, yaitu:
-
Kedhaton Kasultanagungan, tempat makam Sultan Agung dan Kanjeng Ratu Batang.
-
Kedhaton Pakubuwanan, kompleks utama pemakaman raja-raja Kasunanan Surakarta.
-
Kedhaton Kasultanan Yogyakarta, kompleks pemakaman para Sultan Yogyakarta.
Rinciannya sebagai berikut:
| Nama Kedhaton | Tokoh yang Dimakamkan |
|---|---|
| Kedhaton Sultan Agungan | Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III |
| Kedhaton Pakubuwanan | Sunan Pakubuwono I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Pakubuwono II |
| Kedhaton Bagusan / Kasuwargan | Sunan Pakubuwono III, IV, V |
| Kedhaton Astana Luhur | Sunan Pakubuwono VI, VII, VIII, IX |
| Kedhaton Girimulyo | Sunan Pakubuwono X dan XI |
| Kedhaton Kasuwargan (Yogyakarta) | Sultan Hamengku Buwana I dan III |
| Kedhaton Besiyaran | Sultan HB IV, V, dan VI |
| Kedhaton Saptarengga | Sultan HB VII, HB VIII, HB IX |
Sementara Sultan Hamengku Buwana II dimakamkan di Kotagede, bukan di Imogiri, karena situasi Perang Jawa saat beliau wafat pada 1828.
Tradisi yang Masih Terjaga
Tradisi pemakaman di Imogiri hingga kini masih dijaga ketat oleh para abdi dalem kedua keraton. Untuk memasuki kompleks makam, pengunjung diwajibkan menaiki ratusan anak tangga dan mengenakan busana adat sebagai bentuk penghormatan.
Pemakaman PB XIII menegaskan kembali kesinambungan sejarah Keraton Surakarta dengan akar Mataram Islam yang masih hidup hingga sekarang.
Imogiri bukan sekadar kompleks pemakaman, melainkan simbol perjalanan sejarah politik dan budaya Jawa. Prosesi pemakaman PB XIII menjadi momentum yang mengingatkan kembali kedekatan hubungan historis antara Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, dan warisan Mataram Islam. (Tim)









