Britainaja – Presiden Prabowo Subianto merayakan ulang tahunnya yang ke-74 pada hari ini. Seiring dengan ucapan selamat dan doa dari berbagai kalangan, publik kembali menyoroti sosok perempuan yang memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian sang presiden, Dora Sigar.
Nama Dora Marie Sigar mungkin tidak banyak dikenal publik, namun pengaruhnya dalam kehidupan keluarga Djojohadikusumo begitu mendalam. Lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 21 September 1921, Dora berasal dari keluarga terpandang di Minahasa. Ia merupakan putri dari Philip Fredrik Laurens Sigar, seorang ambtenaar (pejabat pemerintahan) di Manado, yang dikenal cerdas dan dihormati masyarakat.
Sejak kecil, Dora menunjukkan kecerdasan luar biasa. Pada usia 12 tahun, ia dikirim ke Belanda untuk menempuh pendidikan di Christelijk Hogere Burger School (Sekolah Menengah Kristen) di Utrecht. Pengalaman hidup di luar negeri membuatnya tumbuh menjadi pribadi mandiri dan berwawasan luas.
Selama masa studinya di Belanda, Dora aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, termasuk organisasi yang memiliki pandangan politik progresif. Dalam salah satu kegiatan itu, ia bertemu dengan Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom muda asal Indonesia yang tengah menjalani perawatan medis di negeri yang sama. Dora, yang saat itu menjadi perawat Sumitro pascaoperasi, perlahan menjalin kedekatan hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.
Pernikahan mereka berlangsung pada 7 Januari 1947, di tengah situasi politik dunia yang masih belum stabil pasca-Perang Dunia II dan masa awal kemerdekaan Indonesia. Dora dan Sumitro membangun keluarga yang berakar kuat pada pendidikan dan nilai-nilai kebangsaan. Meski tidak terjun langsung ke dunia politik, Dora berperan besar sebagai penopang utama keluarga dan pendidik bagi keempat anaknya.
Dalam rumah tangga yang multikultural dan penuh perbedaan keyakinan, Dora di kenal bijaksana. Ia menanamkan nilai-nilai disiplin, nasionalisme, serta semangat pengabdian kepada tanah air kepada anak-anaknya, termasuk Prabowo Subianto, yang kelak meneruskan semangat itu dalam kiprahnya sebagai prajurit dan pemimpin bangsa.
Dora Sigar juga di kenal memiliki keteguhan moral yang kuat. Ia mendidik anak-anaknya agar menghormati ilmu pengetahuan, menjaga kehormatan keluarga, dan tidak melupakan akar budaya bangsa. Nilai-nilai itulah yang kemudian menjadi fondasi bagi perjalanan hidup Prabowo di dunia militer dan politik.
Perjalanan hidup Dora berakhir pada 23 Desember 2008. Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pada usia 87 tahun. Jenazahnya di makamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Meski telah tiada, warisan nilai dan keteladanan Dora Sigar terus hidup dalam diri anak-anaknya. Bagi Presiden Prabowo, sosok ibunda bukan hanya simbol kasih sayang, melainkan pula panutan yang membentuk semangat juang dan dedikasi terhadap bangsa.
Kisah hidup Dora Marie Sigar mengajarkan bahwa di balik setiap pemimpin besar, selalu ada sosok ibu hebat yang menanamkan nilai-nilai luhur. Semangat, kecerdasan, dan ketulusan Dora menjadi inspirasi yang tak lekang oleh waktu, warisan abadi bagi generasi penerus bangsa. (Tim)









