Britainaja – Intermittent fasting kini menjadi salah satu pola diet paling populer untuk menurunkan berat badan. Kunci utamanya terletak pada pengaturan jam makan dan puasa. Meski terlihat sederhana, pemilihan waktu makan yang tepat sangat menentukan keberhasilan diet ini.
Secara sederhana, intermittent fasting adalah metode diet yang membatasi waktu makan dalam periode tertentu setiap hari atau setiap minggu. Selama jendela waktu makan, kamu boleh mengonsumsi makanan sehat dalam jumlah wajar, sedangkan di luar jam tersebut tubuh dibiarkan berpuasa agar sistem metabolisme bekerja lebih efisien.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa diet ini tidak hanya efektif menurunkan berat badan, tetapi juga membantu menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, hingga memperlambat proses penuaan. Namun, untuk mendapatkan manfaat optimal, kamu perlu memahami metode dan jam makan yang sesuai.
1. Metode 16/8
Metode ini disebut juga Leangains Protocol. Cara menerapkannya cukup mudah, yaitu dengan berpuasa selama 16 jam dan hanya makan dalam rentang waktu 8 jam setiap hari.
Contohnya, kamu bisa mulai makan dari pukul 13.00 hingga 21.00. Setelah itu, kamu hanya boleh minum air putih atau minuman bebas kalori hingga keesokan siang. Karena ritmenya teratur, metode ini dianggap paling fleksibel dan mudah dijalankan bagi pemula.
2. Metode Eat-Stop-Eat
Pada metode ini, kamu berpuasa selama 24 jam penuh sebanyak satu hingga dua kali seminggu. Misalnya, setelah makan malam pada Senin, kamu baru boleh makan lagi pada makan malam hari Selasa. Meskipun menantang, cara ini bisa membantu menekan asupan kalori mingguan secara signifikan.
3. Metode 5:2
Metode ini mengatur pola makan dengan membatasi asupan kalori hanya sekitar 500–600 kalori selama dua hari dalam seminggu. Pada lima hari lainnya, kamu dapat makan seperti biasa. Prinsipnya tetap sama, yaitu mengatur defisit kalori untuk membantu tubuh membakar lemak lebih efektif.
Meskipun memiliki jendela makan, bukan berarti kamu bisa mengonsumsi makanan secara berlebihan. Pola makan tetap harus terkontrol, dengan fokus pada makanan bergizi seperti protein tanpa lemak, sayur, buah, dan biji-bijian.
Efek Intermittent Fasting pada Tubuh
Selama berpuasa, tubuh mengalami berbagai perubahan positif. Misalnya, kadar hormon pertumbuhan meningkat hingga lima kali lipat, membantu pembentukan otot dan pembakaran lemak. Sementara itu, kadar insulin menurun drastis, sehingga lemak yang tersimpan di tubuh lebih mudah digunakan sebagai energi.
Selain itu, terjadi proses autophagy — mekanisme alami tubuh dalam membersihkan sel rusak dan memperbaiki jaringan. Proses ini juga diyakini berperan dalam memperpanjang umur sel serta menurunkan risiko penyakit kronis. Perubahan positif ini membuat intermittent fasting banyak diminati oleh mereka yang ingin hidup lebih sehat dan bugar.
Siapa yang Tidak Disarankan Melakukannya?
Meskipun terlihat aman, tidak semua orang cocok dengan pola diet ini. Beberapa kelompok yang sebaiknya menghindari intermittent fasting antara lain:
-
Anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun.
-
Ibu hamil atau menyusui.
-
Penderita diabetes tipe 1 yang menggunakan insulin.
-
Orang dengan riwayat gangguan makan.
Sebelum memulai, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi untuk menilai kondisi tubuh dan menentukan metode yang paling aman.
Intermittent fasting bisa menjadi solusi efektif bagi kamu yang ingin menurunkan berat badan secara alami tanpa harus menghitung kalori berlebihan. Namun, kunci keberhasilannya tetap terletak pada disiplin, pemilihan makanan sehat, dan gaya hidup seimbang. Dengan pola yang tepat, diet ini tak hanya membantu menurunkan berat badan, tapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. (Tim)









