Britainaja, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Polimer saat ini tengah mengembangkan material inovatif berupa komposit ringan syntactic foam yang dinilai sangat potensial untuk diaplikasikan pada sektor transportasi, energi, hingga pertahanan.
Jayatin, Peneliti BRIN dalam forum ilmiah Ornamat #64 menjelaskan bahwa syntactic foam merupakan material komposit ringan yang terdiri dari matriks polimer berisi mikrosfer berongga. Mikrosfer ini bisa berasal dari kaca, keramik, atau plastik, menciptakan struktur menyerupai busa dengan kekuatan mekanik tinggi.
“Material ini awalnya banyak digunakan di sektor maritim,misalnya untuk pelampung atau sensor bawah laut. Namun seiring waktu aplikasinya meluas ke bidang kedirgantaraan dan transportasi karena bobotnya yang ringan dan daya tahan tinggi,” jelas Jayatin.
Salah satu keunggulan utama syntactic foam adalah kepadatan yang rendah namun memiliki ketahanan terhadap tekanan,panas dan bahan kimia. Selain itu, formulasi material ini dapat disesuaikan untuk menghasilkan kombinasi kekuatan dan bobot tertentu, sesuai kebutuhan pengguna.
BRIN juga membuka peluang kolaborasi untuk mengembangkan platform turbin angin terapung (floating wind platform) terutama di wilayah pesisir Indonesia yang sangat luas. Teknologi ini dinilai memiliki potensi besar dalam mendukung energi baru terbarukan.
“Negara kita didominasi oleh wilayah perairan. Jika kita bisa mengembangkan turbin angin terapung ini akan menjadi langkah besar dalam mendukung energi ramah lingkungan,” imbuh Jayatin.
Tak hanya untuk sektor energi,material syntactic foam juga dikembangkan untuk komponen drone dan alat transportasi. Bobot yang ringan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi,daya jelajah,serta manuver drone dalam berbagai keperluan seperti pemetaan wilayah, pertanian modern (seperti food estate), hingga patroli keamanan perbatasan.
“Penggunaan drone sangat penting untuk pengawasan wilayah laut. Patroli menggunakan drone bisa menjadi solusi cepat dan efisien untuk mencegah masuknya kapal asing atau aktivitas ilegal lainnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Jayatin memaparkan dua jenis pengembangan syntactic foam berdasarkan jenis matriksnya, yakni thermoset dan thermoplastic.
Untuk matriks thermoset,BRIN mengembangkan material berbasis epoksi yang dikombinasikan dengan mikrobalon kaca, cocok untuk aplikasi laut dalam seperti pelampung dan floater pada pesawat amfibi. Saat ini BRIN juga bekerja sama dengan Pusat Riset Transportasi dalam mengembangkan floater untuk pesawat N219.
Sementara itu, untuk matriks thermoplastic,pengembangan dilakukan menggunakan bahan polipropilena dan ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), yang ditujukan untuk sektor otomotif. Namun, material ini juga berpotensi diterapkan pada komponen drone tertentu.
“Kami juga telah mengembangkan komposit hybrid dengan tambahan serat alami (natural fiber) untuk memperkuat struktur komponen drone,” tambah Jayatin.
Dengan pengembangan berkelanjutan dari material komposit ringan syntactic foam ini, BRIN berharap bisa mendorong kemajuan teknologi transportasi, pertahanan, dan energi di Indonesia. (Tim)