Britainaja – Nilai tukar Rupiah dibuka menguat tipis terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan hari ini, Selasa (28/10/2025). Meski mencatat kenaikan kecil, pasar uang masih dibayangi sentimen negatif dari dalam negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah mengawali perdagangan di level Rp16.620 per Dolar AS, naik 0,01 persen atau setara satu poin dibanding penutupan sebelumnya. Sehari sebelumnya, Senin (27/10/2025), Rupiah justru melemah 0,11 persen ke posisi Rp16.621 per Dolar AS.
Analis pasar uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai pergerakan Rupiah kali ini dipengaruhi kombinasi faktor global dan domestik. Ia menyebut sentimen “risk-on” dari pelaku pasar global memberikan sedikit dorongan positif bagi mata uang Garuda.
“Rupiah cenderung stabil karena investor masih menaruh harapan pada kelanjutan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Namun, kewaspadaan tetap tinggi,” ujar Lukman di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Menurutnya, faktor dalam negeri justru menjadi perhatian utama. Ia memperingatkan adanya potensi aksi jual besar-besaran atau sell-off di pasar ekuitas domestik, yang bisa menekan pergerakan Rupiah.
“Ada kekhawatiran dari investor bahwa beberapa saham Indonesia yang tergabung dalam indeks MSCI akan mengalami penurunan bobot,” jelasnya.
Isu ini mencuat setelah MSCI mengumumkan rencana perubahan metodologi perhitungan free float saham. Meskipun masih sebatas wacana, kabar tersebut sudah cukup mengguncang kepercayaan pasar.
Dampaknya terlihat pada perdagangan awal pekan, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot lebih dari 3 persen. Penurunan tajam itu turut memberi tekanan tambahan pada Rupiah.
Lukman memperkirakan pergerakan Rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per Dolar AS. Ia menambahkan, arah pergerakan berikutnya sangat bergantung pada respons pasar terhadap perkembangan sentimen global dan dinamika indeks saham domestik.
Meski sempat menguat, tekanan terhadap Rupiah masih cukup tinggi. Para pelaku pasar disarankan tetap mencermati arah kebijakan global dan potensi aksi jual di bursa saham yang bisa memengaruhi stabilitas nilai tukar dalam beberapa hari ke depan. (Tim)









