Britainaja, Jakarta – Rupiah di perkirakan kembali menghadapi tekanan pada perdagangan Jumat (3/10/2025), seiring penguatan dolar AS yang berbalik menguat usai pernyataan hawkish pejabat The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di buka di level Rp16.615 per dolar AS. Posisi ini menunjukkan pelemahan di bandingkan penutupan Kamis (2/10/2025), ketika rupiah sempat menguat 0,22 persen atau naik 37 poin ke Rp16.598 per dolar AS.
Analis pasar uang Lukman Leong menyebutkan, pelemahan rupiah terjadi karena sentimen dolar yang rebound di tengah sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
“Rupiah kemungkinan bergerak di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per dolar AS sepanjang hari ini,” jelas Lukman, Jumat (3/10/2025).
Menurut Lukman, pernyataan dua pejabat The Fed, Logan dan Goolsbee, menjadi pemicu utama. Mereka menekankan pentingnya kehati-hatian dalam memangkas suku bunga, sehingga memicu penguatan dolar AS.
Sejalan dengan itu, indeks dolar AS tercatat naik ke 97,84 pada Jumat pagi, dari posisi sebelumnya 97,55 sehari sebelumnya.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menambahkan bahwa minat risiko (risk appetite) investor mulai membaik. Hal ini terlihat dari penurunan Credit Default Swap (CDS) lima tahun yang kembali ke bawah level 80, untuk pertama kalinya dalam hampir dua pekan terakhir.
Sebagai catatan, risk appetite menunjukkan keberanian investor mengambil risiko untuk memperoleh keuntungan, sedangkan CDS adalah instrumen lindung nilai terhadap risiko gagal bayar utang.
Selain faktor eksternal, pergerakan rupiah juga di pengaruhi kondisi dalam negeri. Rully menuturkan, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun masih stabil di kisaran 6,33 persen. Stabilitas imbal hasil ini turut memberikan arah bagi pasar valuta asing. (Tim)