Budaya gotong royong menjadi pilar sosial yang mengikat masyarakat Bukit Barisan. Di Kerinci dikenal istilah bagawe dalam bentuk goro atau kerja kolektif desa. Hal serupa juga tampak dalam tradisi “marpangir” masyarakat Batak yang menandai solidaritas komunitas menjelang pesta adat. Di Minangkabau, gotong royong hadir dalam bentuk “batulak bala nagari”, yang bukan hanya kerja fisik, tapi juga simbol perlawanan terhadap musibah sosial dan spiritual.
Dari sisi spiritualitas, masyarakat Bukit Barisan memadukan nilai-nilai agama formal dengan kepercayaan lokal. Hutan keramat, situs megalitikum, mata air sakral, dan batu besar yang dianggap memiliki kekuatan spiritual menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa alam tidak boleh dieksploitasi secara sembarangan, karena ada hubungan moral antara manusia dan semesta.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya