Mbok Yem Meninggal Dunia, Sang Legenda Gunung Lawu yang Menorehkan Jejak Tak Terlupakan

Avatar photo

- Jurnalis

Kamis, 24 April 2025 - 06:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Britainaja – Seorang legendaris yang namanya begitu lekat dengan Gunung Lawu, Mbok Yem, atau yang memiliki nama asli Wakiyem, telah meninggal dunia pada usia 82 tahun. Kabar duka ini datang dari Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya di rumah, pada hari Rabu, 23 April 2025, sekitar pukul 13.30 WIB.

Informasi mengenai wafatnya Mbok Yem disampaikan oleh juru bicara keluarga, Syaiful Gimbal. Ia menyebut bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Mbok Yem sempat mengalami gangguan kesehatan akibat penyakit pneumonia yang dideritanya sejak Maret 2025. Setelah menjalani rawat jalan di RSU Aisyiyah Ponorogo selama sekitar dua pekan, Mbok Yem memutuskan melanjutkan masa pemulihan di rumah. Sayangnya, kondisi kesehatannya terus menurun hingga akhirnya ia meninggal dunia.

“Benar, beliau meninggal dunia di rumah sekitar pukul 13.30 WIB. Sudah tidak dirawat di rumah sakit, hanya menjalani perawatan di rumah,” ujar Syaiful ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Jenazah Mbok Yem saat ini disemayamkan di rumah duka. Setelah melalui proses pemandian dan persiapan lainnya sesuai tradisi, jenazah akan dimakamkan di pemakaman umum yang berada di Desa Gonggang, tempat beliau dibesarkan dan tinggal hingga akhir hayatnya. “Kami masih menunggu prosesi memandikan jenazah. Setelah itu, akan langsung dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman desa,” lanjut Syaiful.

Baca Juga :  Tanda Orang yang Diam-diam Membenci Pekerjaannya

Mbok Yem bukanlah sosok biasa. Ia adalah bagian dari sejarah hidup Gunung Lawu, terutama bagi para pendaki yang telah merasakan keramahan dan kebaikan hatinya. Sejak era 1980-an, Mbok Yem telah membuka warung makan sederhana di kawasan puncak Gunung Lawu, sebuah lokasi yang cukup ekstrem karena berada di ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut, di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Warung kecil milik Mbok Yem bukan sekadar tempat untuk mengisi perut, tetapi juga menjadi oasis hangat di tengah dinginnya kabut gunung. Banyak pendaki menyebut warung Mbok Yem sebagai titik perhentian penuh kenangan. Dengan sajian makanan yang sederhana dan harga yang sangat bersahabat, ia telah membantu ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu pendaki untuk melewati malam di puncak gunung dengan lebih nyaman dan aman.

Baca Juga :  Sejarah Panjang Pesantren Al Khoziny Sidoarjo yang Berusia Satu Abad

Yang membuat sosoknya begitu dicintai bukan hanya karena makanannya, tetapi juga karena kepribadiannya. Mbok Yem dikenal sebagai pribadi yang bersahaja, ramah, dan penuh kasih. Ia menyambut siapa pun yang datang, baik yang baru pertama kali mendaki maupun yang sudah berkali-kali menapaki jalur Lawu. Tak sedikit pendaki yang menganggap Mbok Yem sebagai “ibu gunung” seseorang yang menjaga dan merawat pendaki seperti anak-anaknya sendiri.

Kepergian Mbok Yem meninggalkan duka mendalam, tak hanya bagi keluarga dan masyarakat sekitar, tetapi juga bagi komunitas pendaki di seluruh Indonesia. Banyak yang merasa kehilangan sosok ibu yang selalu hadir di tengah perjalanan mereka ke puncak Lawu.

Warisan Mbok Yem tak akan hilang ditelan zaman. Jejak langkah dan kebaikannya akan terus hidup dalam cerita-cerita para pendaki, dalam kenangan hangat di tengah dinginnya kabut Gunung Lawu. Selamat jalan, Mbok Yem. Terima kasih atas kehangatan yang telah Engkau bagi kepada ribuan jiwa di atas awan. (***)

Berita Terkait

Fenomena Meteor Jatuh di Laut Jawa, Warga Cirebon Panik
Jumlah Korban Tewas Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Tembus 52 Orang
Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025
Tiga Pembalap Dievakuasi Udara Usai Insiden MotoGP Mandalika
Perbedaan Hari Guru Sedunia dan Nasional, Sejarah dan Maknanya
Cara Meriahkan Hari Guru Sedunia 2025 dengan Twibbon
Sejarah Hari Guru Sedunia dan Makna Peringatan 5 Oktober
MotoGP Mandalika 2025 Dongkrak Wisata dan Ekonomi Lombok

Berita Terkait

Senin, 6 Oktober 2025 - 14:43 WIB

Fenomena Meteor Jatuh di Laut Jawa, Warga Cirebon Panik

Senin, 6 Oktober 2025 - 07:14 WIB

Jumlah Korban Tewas Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Tembus 52 Orang

Minggu, 5 Oktober 2025 - 22:34 WIB

Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Oktober 2025 - 14:32 WIB

Perbedaan Hari Guru Sedunia dan Nasional, Sejarah dan Maknanya

Minggu, 5 Oktober 2025 - 14:01 WIB

Cara Meriahkan Hari Guru Sedunia 2025 dengan Twibbon

Berita Terbaru

Warga menunjukkan cuplikan video viral terkait fenomena suara dentuman keras disertai kemunculan bola api di langit Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025). ANTARA/Fathnur Rohman/am

Nasional

Fenomena Meteor Jatuh di Laut Jawa, Warga Cirebon Panik

Senin, 6 Okt 2025 - 14:43 WIB

Pebalap Gresini Racing, Fermin Aldeguer, saat berlaga di MotoGP Mandalika (Foto: Ig @ferminaldeguer_54)

Internasional

Fermin Aldeguer Raih Kemenangan Perdana di MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Okt 2025 - 23:25 WIB

Pembalap BK8 Gresini Racing Fermin Aldeguer (Foto: Ig @gresiniracing)

Nasional

Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Okt 2025 - 22:34 WIB