Britainaja – Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Jumat, 21 Maret 2025, rupiah melemah ke level Rp16.501 per USD, turun 16,50 poin atau 0,10 persen dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.489 per USD.
Pelemahan rupiah ini didorong oleh faktor eksternal dan internal. Dari sisi global, kebijakan suku bunga The Fed yang masih bertahan di level tinggi serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik di Gaza, menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sementara itu, dari dalam negeri, tekanan terhadap rupiah juga datang dari defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp31,3 triliun atau 0,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini terjadi karena belanja negara lebih tinggi dibandingkan pendapatan, dengan target defisit tahun ini dipatok sebesar 2,53 persen terhadap PDB.
Analis pasar keuangan memperkirakan rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif dalam beberapa hari ke depan, dengan rentang perdagangan di kisaran Rp16.470 hingga Rp16.570 per USD. Investor dan pelaku usaha diimbau untuk terus memantau perkembangan ekonomi global serta kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas rupiah. (Tim)