Britainaja – Bank investasi global Morgan Stanley memperkirakan harga emas bisa menembus US$ 4.500 per ons troi pada pertengahan tahun 2026. Lonjakan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan fisik dari bank sentral dan exchange-traded funds (ETF), di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
Harga Emas Diperkirakan Kembali Menguat Setelah Koreksi
Dalam laporan terbarunya yang dikutip Reuters pada Jumat (31/10/2025), Morgan Stanley menyebut koreksi harga emas belakangan ini justru menjadi momen sehat bagi pasar. Menurut analis mereka, penurunan harga setelah reli panjang membantu mengembalikan keseimbangan teknikal yang sempat menunjukkan kondisi overbought berdasarkan indikator Relative Strength Index (RSI).
“Pergerakan harga saat ini membawa emas keluar dari area jenuh beli dan membuka ruang penguatan baru dengan posisi investor yang lebih stabil,” tulis Morgan Stanley dalam catatannya.
Bank asal Amerika Serikat itu juga menegaskan bahwa minat terhadap emas masih sangat kuat, terutama di kalangan investor institusi dan bank sentral.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas Global
Morgan Stanley memperkirakan permintaan emas dari ETF berbasis emas akan meningkat seiring tren penurunan suku bunga di berbagai negara. Ketika bunga menurun, minat terhadap aset berisiko seperti saham biasanya melemah, dan investor kembali mencari instrumen lindung nilai seperti emas.
Selain itu, bank sentral dunia di prediksi tetap melanjutkan pembelian emas sebagai bagian dari di versifikasi cadangan devisa, meski dengan laju yang lebih moderat di banding tahun sebelumnya. Di sisi lain, permintaan perhiasan di perkirakan tetap stabil, terutama dari pasar Asia seperti India dan Tiongkok yang menjadi konsumen utama emas dunia.
Risiko yang Bisa Menekan Harga Emas
Meski prospeknya positif, Morgan Stanley juga mengingatkan adanya sejumlah risiko penurunan (downside risks). Salah satunya, apabila volatilitas harga semakin tinggi dan mendorong investor berpindah ke aset lain yang di anggap lebih aman atau menguntungkan.
Selain itu, apabila bank sentral memutuskan untuk mengurangi cadangan emas, harga logam mulia ini bisa kembali tertekan dalam jangka pendek.
Kinerja Emas Sepanjang 2025
Sepanjang tahun berjalan, harga emas telah melonjak lebih dari 54% secara year-to-date (ytd) dan mencatatkan berbagai rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH). Rekor terbaru terjadi pada 20 Oktober 2025, ketika harga emas menyentuh US$ 4.381,21 per ons troi.
Namun, setelah reli besar tersebut, harga emas sempat terkoreksi sekitar 8%. Meski begitu, tren keseluruhan masih menunjukkan arah positif, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik, prospek pemangkasan suku bunga global, serta masifnya pembelian dari bank sentral dan arus masuk dana ke ETF berbasis emas.
Proyeksi Harga Emas dari Berbagai Lembaga Global
Selain Morgan Stanley, sejumlah lembaga keuangan besar dunia juga memberikan proyeksi optimistis untuk harga emas hingga tahun 2026:
-
Morgan Stanley: US$ 4.400 pada 2026, dengan potensi menembus US$ 4.500 di pertengahan tahun.
-
JP Morgan: US$ 4.753 pada 2026, dengan rata-rata di perkirakan mencapai US$ 5.000.
-
HSBC: US$ 4.600 per ons pada akhir 2025.
-
Bank of America: Menaikkan prospek harga emas 2026 menjadi US$ 5.000.
-
Goldman Sachs: US$ 4.900 pada Desember 2026.
-
Commerzbank: US$ 4.200 pada akhir tahun depan.
Konsistensi proyeksi positif dari berbagai lembaga tersebut menunjukkan kepercayaan kuat bahwa emas masih akan menjadi aset lindung nilai utama di tengah ketidakpastian global yang berkelanjutan.
Dengan potensi kenaikan hingga US$ 4.500 per ons troi, emas kian memperkuat posisinya sebagai aset favorit di masa gejolak ekonomi. Jika tren permintaan dari bank sentral dan ETF berlanjut, logam mulia ini berpeluang mencetak rekor baru pada 2026. Namun, investor tetap di sarankan berhati-hati menghadapi potensi volatilitas harga dan perubahan kebijakan moneter global. (Tim)









