Britainaja – Kecerdasan buatan (AI) kini semakin sering digunakan untuk membantu wisatawan merancang perjalanan mereka. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, banyak pelancong Indonesia justru mulai khawatir dengan risiko keamanan data pribadi yang mungkin timbul dari penggunaan teknologi ini.
Laporan terbaru Kaspersky menunjukkan bahwa penggunaan AI untuk perencanaan perjalanan meningkat pesat, terutama karena kemampuannya memberikan rekomendasi cepat, personal, dan efisien secara anggaran. Survei yang dilakukan lembaga riset Kaspersky pada musim panas 2025 ini melibatkan 3.000 responden dari 15 negara, termasuk Indonesia.
Sebagian besar responden mengakui manfaat nyata dari penggunaan AI. Sekitar 73% wisatawan mengatakan teknologi ini membantu mereka menghemat waktu dalam menyiapkan perjalanan. Sementara itu, 65% menggunakannya untuk mencari rekomendasi tempat wisata dan aktivitas yang sesuai minat, serta 63% memanfaatkannya guna menemukan penawaran terbaik. Tak hanya itu, 61% pengguna juga mempercayai AI untuk menggali informasi tersembunyi yang sulit ditemukan lewat pencarian biasa.
Namun, tren ini menunjukkan variasi di tiap kelompok usia. Wisatawan berusia 55 tahun ke atas cenderung tidak terlalu tertarik pada penawaran personal (60%), tetapi lebih menghargai kemampuan AI dalam memberikan saran baru yang tidak mereka pikirkan sebelumnya (65%). Sementara orang tua dengan anak justru lebih antusias terhadap fitur personalisasi (68%) dibandingkan mereka yang belum memiliki anak (60%).
Meski memberikan kemudahan luar biasa, penggunaan AI tidak lepas dari risiko. Beberapa wisatawan melaporkan pengalaman kurang menyenangkan karena terlalu bergantung pada hasil perencanaan dari chatbot tanpa memverifikasi ulang informasi. Bahkan, sejumlah tautan yang direkomendasikan AI berpotensi mengandung phishing atau malware, yang bisa membahayakan keamanan data pengguna.
Kaspersky menyarankan agar pengguna selalu memeriksa tautan sebelum mengkliknya, menggunakan solusi keamanan digital seperti Kaspersky Premium yang memiliki deteksi anti-phishing otomatis.
Dari sisi keamanan data, 48% responden mengaku berhati-hati dan tidak membagikan informasi sensitif ke AI. Ditambah 37% lainnya yang juga waspada, total 86% pengguna AI untuk perencanaan perjalanan kini semakin peduli terhadap privasi digital mereka. Hanya 14% wisatawan yang merasa aman sepenuhnya saat berbagi data dengan layanan AI.
Menariknya, kekhawatiran terbesar datang dari kalangan usia muda (18–34 tahun), dengan 52% di antaranya sangat selektif saat memasukkan data pribadi ke sistem AI. Sebaliknya, kelompok usia lanjut (55+) menunjukkan tingkat kewaspadaan yang lebih rendah, sekitar 42%.
Perbedaan sikap ini juga terlihat antarnegara. Wisatawan dari Indonesia, Malaysia, Spanyol, Inggris, dan Afrika Selatan cenderung lebih berhati-hati dalam menggunakan layanan berbasis AI. Sementara mereka yang berasal dari Tiongkok, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi menunjukkan kepercayaan lebih tinggi terhadap keamanan teknologi tersebut.
Pesan Ahli: Gunakan AI Secara Bijak
Menurut Vladislav Tushkanov, Manajer Grup di Kaspersky AI Technology Research Center, pengguna sebaiknya tetap bersikap rasional saat berinteraksi dengan sistem kecerdasan buatan. Ia menekankan pentingnya tidak membagikan data pribadi yang sensitif, memverifikasi semua informasi dan tautan, serta mengambil keputusan penting secara mandiri tanpa sepenuhnya bergantung pada rekomendasi AI.
“Dengan kewaspadaan dan pemahaman yang tepat, AI bisa menjadi asisten digital yang aman dan membantu banyak orang merencanakan perjalanan dengan efisien,” ujarnya.
AI memang membuka era baru dalam dunia perjalanan, namun risiko keamanan siber tetap menjadi hal yang perlu di waspadai. Dengan kombinasi antara inovasi dan kehati-hatian, wisatawan dapat menikmati kemudahan teknologi tanpa mengorbankan privasi pribadi mereka. (Tim)









