#KaburAjaDulu, Cermin Kekecewaan Anak Muda Indonesia terhadap Masa Depan di Negeri Sendiri

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 1 Juni 2025 - 16:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

#KaburAjaDulu, Cermin Kekecewaan Anak Muda Indonesia terhadap Masa Depan di Negeri Sendiri (Ilustrasi: Pixabay)

#KaburAjaDulu, Cermin Kekecewaan Anak Muda Indonesia terhadap Masa Depan di Negeri Sendiri (Ilustrasi: Pixabay)

Britainaja, Jakarta – Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya oleh kalangan muda. Bukan sekadar lelucon dunia maya, tagar ini menjadi simbol dari keresahan generasi produktif yang merasa tidak lagi punya ruang untuk bertumbuh di tanah air.

Fenomena ini mencuat dari sebuah curhatan warganet yang merasa peluang untuk hidup layak dan berkembang di Indonesia semakin sempit. Mulai dari persoalan gaji rendah, harga rumah yang tak terjangkau, hingga birokrasi yang kerap sangat mempersulit, dan banyak dari mereka yang pada akhirnya berpikir untuk mencari peruntungan baru di luar negeri.

“Saya bukan pengkhianat,saya hanya ingin hidup lebih layak dan manusiawi,” tulis seorang pengguna X,yang viral setelah menceritakan perjuangannya pindah kerja ke Jerman setelah bertahun-tahun bekerja di Jakarta dengan gaji pas-pasan.

Mencari Nafas di Negeri Orang

Fenomena ini dikenal dalam istilah global sebagai brain drain, yakni migrasi sumber daya manusia berkualitas ke luar negeri karena merasa tidak mendapat ruang yang layak di negaranya sendiri. Di Indonesia, situasi ini semakin nyata. Banyak lulusan S2 bahkan PhD yang lebih memilih berkarier di luar negeri karena insentif dan sistem kerja yang lebih menghargai kompetensi.

Baca Juga :  Gempa Magnitudo 4,6 Guncang Tasikmalaya, Warga Diminta Tetap Tenang

Menurut pengamat kebijakan publik, Dedi Hartono, meningkatnya tren #KaburAjaDulu tak lepas dari kegagalan negara dalam menyediakan lingkungan kerja dan hidup yang inklusif dan adil.

“Kita kehilangan talenta setiap hari. Kalau ini terus terjadi, bukan tidak mungkin Indonesia akan defisit SDM berkualitas dalam 10 tahun ke depan,”ujarnya.

Lebih dari Sekadar Ekonomi

Mereka yang memilih “kabur” tak hanya didorong karena alasan ekonomi. Banyak pula yang merasa kehilangan harapan karena ketidakpastian politik, kerusakan lingkungan, dan minimnya meritokrasi di sektor publik maupun swasta.

Tak sedikit yang menyayangkan fenomena ini, namun justru mengerti alasannya. “Kami ingin pulang,tapi apa yang bisa ditawarkan negara untuk kami?” tulis seorang diaspora Indonesia yang kini bekerja di sektor energi di Norwegia.

Baca Juga :  Banjir Bandang dan Longsor di Pegunungan Arfak, Satu Tewas, 19 Hilang

Apa Solusinya?

Pemerintah sebenarnya telah merintis beberapa program,seperti insentif untuk diaspora, peningkatan fasilitas riset, dan pembukaan beasiswa luar negeri. Namun,semua itu tak cukup bila akar masalah, ketimpangan, korupsi, dan stagnasi kesempatan belum diselesaikan.

Pakar SDM menyarankan perlunya reformasi sistem perekrutan,peningkatan upah minimum yang realistis, serta lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Lebih dari itu,negara juga harus mampu mengembalikan kepercayaan generasi muda bahwa masa depan mereka layak untuk diperjuangkan di sini.

Fenomena #KaburAjaDulu adalah sinyal kuat bahwa generasi muda sedang menjerit dalam diam. Mereka tak sekadar ingin pergi, tapi juga ingin didengar. Jika tidak ada perubahan nyata dalam waktu dekat,Indonesia bisa kehilangan generasi terbaiknya, bukan karena mereka tak mencintai negeri sendiri, tapi karena negeri ini belum mampu mencintai mereka kembali. (Wd)

Berita Terkait

Jumlah Korban Tewas Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Tembus 52 Orang
Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025
Tiga Pembalap Dievakuasi Udara Usai Insiden MotoGP Mandalika
Perbedaan Hari Guru Sedunia dan Nasional, Sejarah dan Maknanya
Cara Meriahkan Hari Guru Sedunia 2025 dengan Twibbon
Sejarah Hari Guru Sedunia dan Makna Peringatan 5 Oktober
MotoGP Mandalika 2025 Dongkrak Wisata dan Ekonomi Lombok
Tim SAR Temukan Delapan Jenazah Baru Korban Ponpes Al-Khoziny

Berita Terkait

Senin, 6 Oktober 2025 - 07:14 WIB

Jumlah Korban Tewas Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny Tembus 52 Orang

Minggu, 5 Oktober 2025 - 22:34 WIB

Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Oktober 2025 - 22:00 WIB

Tiga Pembalap Dievakuasi Udara Usai Insiden MotoGP Mandalika

Minggu, 5 Oktober 2025 - 14:32 WIB

Perbedaan Hari Guru Sedunia dan Nasional, Sejarah dan Maknanya

Minggu, 5 Oktober 2025 - 14:01 WIB

Cara Meriahkan Hari Guru Sedunia 2025 dengan Twibbon

Berita Terbaru

Pebalap Gresini Racing, Fermin Aldeguer, saat berlaga di MotoGP Mandalika (Foto: Ig @ferminaldeguer_54)

Internasional

Fermin Aldeguer Raih Kemenangan Perdana di MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Okt 2025 - 23:25 WIB

Pembalap BK8 Gresini Racing Fermin Aldeguer (Foto: Ig @gresiniracing)

Nasional

Fermin Aldeguer Tampil Perkasa, Menangi MotoGP Mandalika 2025

Minggu, 5 Okt 2025 - 22:34 WIB

Dua helikopter Basarnas disiagakan di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB.  (Foto: Basarnas Mataram)

Nasional

Tiga Pembalap Dievakuasi Udara Usai Insiden MotoGP Mandalika

Minggu, 5 Okt 2025 - 22:00 WIB

Kebakaran Hebat di Kerinci, Tiga Rumah Hangus Terbakar

Daerah

Kebakaran Hebat di Kerinci, Tiga Rumah Hangus Terbakar

Minggu, 5 Okt 2025 - 21:19 WIB