Britainaja – Wety Yuningsih Seorang guru Biologi mendadak viral di jagad maya setelah video kegiatan pembelajaran di kelasnya beredar luas di media sosial. Dalam video itu, tampak Wety meminta para siswa kelas XI untuk menggambar organ reproduksi manusia sebagai bagian dari ulangan Biologi.
Dari penjelasan Wety, topik tersebut merupakan bagian dari pelajaran sistem reproduksi manusia yang memang masuk dalam kurikulum sekolah menengah atas. Namun yang menjadi sorotan bukan pada materi pelajarannya, melainkan pada cara penyampaiannya dan keputusannya mendokumentasikan serta menyebarkan kegiatan tersebut.
“Ini adalah bagian dari materi Reproduksi kelas XI. Tujuannya agar mereka memahami bentuk serta fungsi organ reproduksi secara tepat,” ucap Wety dalam sebuah video klarifikasi yang ia unggahnya setelah munculnya berbagai reaksi publik.
Dalam pernyataannya, Wety mengungkapkan permintaan maaf. Ia mengaku tidak menyangka bahwa video tersebut akan menuai kontroversi, dan menegaskan bahwa tidak ada maksud buruk dalam metode pengajaran yang ia terapkan.
Namun, respons dari berbagai pihak sudah bermunculan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai bahwa tindakan tersebut tidak sesuai, terlebih karena bisa berdampak pada kenyamanan dan kondisi psikologis siswa. Ia menyatakan tengah mempertimbangkan tindakan lanjutan terkait status Wety sebagai guru pengajar.
“Meski materi itu tercantum dalam kurikulum, penyampaiannya harus tetap memperhatikan etika dan perkembangan usia anak-anak,” ujar Dedi.
Insiden ini pun memunculkan perdebatan. Sebagian publik menilai bahwa niat Wety adalah edukatif, meski penyampaiannya dinilai kurang bijak. Sementara yang lain beranggapan bahwa tindakan tersebut melewati batas dan menyentuh ranah pribadi siswa.
Pakar pendidikan pun turut memberikan pandangannya. Mereka menekankan bahwa pembelajaran topik reproduksi harus dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan norma budaya serta psikologis peserta didik. Metode seperti penggunaan gambar anatomi atau media interaktif lainnya dinilai lebih layak dibandingkan meminta siswa menggambar langsung organ reproduksi.
Saat ini, Wety Yuningsih masih menunggu tindak lanjut dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan setempat terkait statusnya sebagai pendidik. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya kehati-hatian dalam proses belajar mengajar, terutama dalam menyampaikan materi sensitif.
Di era digital yang serba cepat saat ini, setiap tindakan di ruang kelas berpotensi menjadi konsumsi publik. Rekaman singkat dapat menjadi viral dalam hitungan jam dan menuai reaksi luas. Dalam kasus ini, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh guru yang bersangkutan, namun juga oleh siswa serta institusi tempat ia mengajar. (***)