Britainaja – Kabut tipis pagi hari di Baturaden, Banyumas, menyelimuti pepohonan pinus yang menjulang tinggi. Udara pegunungan yang segar berpadu dengan aroma tanah basah menciptakan suasana damai khas lereng Gunung Slamet. Di kejauhan, suara gemericik sungai dan kicauan burung berpadu menjadi irama alam yang menenangkan setiap langkah pengunjung.
Namun, Baturaden bukan sekadar tempat rekreasi. Ia adalah kisah panjang tentang manusia yang hidup berdampingan dengan alam, tentang kerja keras, dan tentang harapan yang tumbuh di tengah kesejukan udara pegunungan.
Nama “Baturaden” menyimpan kisah klasik yang menjadi bagian dari budaya lokal Banyumas. Konon, tempat ini berasal dari cerita cinta antara seorang prajurit dan abdi istana. Legenda tersebut kini hidup kembali sebagai identitas kawasan wisata yang dikenal karena keindahan alam dan keramahan masyarakatnya.
Dari taman rekreasi, pemandian air panas alami, hingga kolam renang yang dikelilingi tebing hijau, Baturaden menjadi destinasi yang menawarkan keindahan sekaligus ketenangan.
Salah satu daya tarik utama Baturaden adalah Pancuran Pitu, pemandian air panas yang mengandung belerang alami. Banyak pengunjung percaya bahwa airnya dapat menyehatkan kulit dan membantu melancarkan peredaran darah.
Tidak jauh dari lokasi ini, terdapat wahana sepeda gantung yang memacu adrenalin sekaligus menyuguhkan panorama alam dari ketinggian. Bagi yang ingin tantangan lebih, jalur menuju Curug Gede menjadi pilihan favorit. Jalur setapak berbatu yang menanjak membawa pengunjung menuju air terjun dengan pemandangan spektakuler.
Dari arah tebing, sorak sorai pengunjung menggema setiap kali Rio, seorang pemuda lokal, melompat ke sungai dari batu tinggi. Ia dikenal sebagai salah satu pelompat tebing yang selalu tampil di akhir pekan.
“Cuma ngisi waktu luang aja, sambil cari tambahan,” ujarnya dengan senyum malu-malu. Meski hanya mengandalkan keberanian dan kemampuan berenang sejak kecil, Rio belum pernah mengalami cedera. “Yang penting berani dan tahu kondisi air,” tambahnya.
Setelah atraksi, wisatawan biasanya memberikan uang sukarela. Kadang hanya recehan, namun bagi Rio dan rekan-rekannya, itu sudah cukup untuk menambah penghasilan. Ia berharap suatu hari kegiatan ini bisa difasilitasi secara resmi agar lebih aman dan terorganisir.
Di sudut lain kawasan wisata, aroma wedang jahe dan sate kelinci menguar dari kios kecil yang dikelola warga sekitar. Salah satunya seorang ibu paruh baya yang sudah lebih dari tiga dekade berdagang di sana.
“Saya sudah jualan di sini dari tahun 1990-an, dari anak masih kecil,” ujarnya sambil menata meja kayu. Ia menjajakan minuman tradisional seperti cendol, kelapa muda, dan wedang jahe hangat.
Di hari-hari ramai seperti Lebaran, penghasilannya bisa mencapai lima ratus ribu rupiah per hari. Namun pada hari biasa, pendapatan rata-rata hanya sekitar dua ratus ribu rupiah. “Yang penting cukup buat kebutuhan harian,” ucapnya tenang.
Baginya, Baturaden bukan sekadar tempat mencari nafkah, tapi bagian dari hidupnya sendiri. Ia berharap pengelola wisata terus meningkatkan fasilitas agar wisatawan semakin banyak dan pedagang kecil bisa terus bertahan.
Keindahan Baturaden juga menarik wisatawan dari luar negeri. Seorang turis asal Taiwan yang berkunjung baru-baru ini mengaku terpukau dengan suasana alam dan kebersihan kawasan tersebut.
“Tempatnya sejuk dan tertata rapi. Mirip dengan pegunungan di kota saya,” katanya sambil memotret air terjun dari tepi sungai. Ia menilai Baturaden memiliki pesona yang unik karena mampu memadukan keindahan alam, keramahan warga, dan nilai budaya yang masih terjaga.
Namun, jalur menuju air terjun dianggap cukup menantang, terutama bagi pengunjung lanjut usia. “Tapi pemandangannya sepadan dengan perjuangannya,” katanya tersenyum. Ia bahkan berencana merekomendasikan tempat ini kepada teman-temannya di Taiwan.
Masyarakat di sekitar kawasan wisata Baturaden hidup berdampingan dengan alam. Mereka bekerja sebagai pedagang, pemandu, pengelola parkir, hingga pelompat tebing. Semua saling berperan menjaga harmoni agar wisata tetap lestari dan menjadi sumber penghidupan bersama.
Di sinilah keindahan Baturaden menemukan maknanya, bukan hanya lewat alam yang memesona, tetapi juga dalam kehidupan sederhana orang-orang yang menjaga dan mencintainya.
Baturaden bukan sekadar destinasi wisata; ia adalah ruang hidup yang mengajarkan keseimbangan antara alam, tradisi, dan manusia. (Tim)









