Britainaja, Jakarta – Pohon pisang mungkin terlihat seperti tanaman biasa yang sering tumbuh di perkebunan dan pekarangan rumah warga. Namun, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, pohon ini menyimpan kisah kelam yang menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Bukan sekadar tumbuhan tropis, pohon pisang yang tumbuh di area Lubang Buaya dikenal sebagai saksi bisu peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Di tempat inilah, tujuh perwira tinggi TNI AD menjadi korban kebiadaban kelompok pemberontak yang mencoba menggulingkan pemerintahan sah Indonesia.
Kesaksian sejarah menyebutkan bahwa eksekusi terhadap para pahlawan revolusi di lakukan di bawah naungan pohon pisang, sebelum akhirnya jasad mereka di masukkan ke dalam sumur maut Lubang Buaya. Suasana gelap malam dan rindangnya daun pisang kala itu menambah kesan mencekam pada tragedi yang mengguncang bangsa.
Bagi sebagian orang, pohon pisang di lokasi tersebut kini menjadi simbol pengingat sejarah. Ia bukan hanya bagian dari alam, tetapi juga monumen hidup yang merekam jejak kekejaman dan pengorbanan. Batangnya yang cepat tumbuh dan daunnya yang lebar menjadi penanda betapa dekatnya kehidupan dengan tragedi.
Kini, di kawasan Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, keberadaan pohon pisang tetap di jaga. Banyak pengunjung yang datang bukan hanya untuk berziarah. Tetapi juga untuk mengenang jasa para pahlawan revolusi yang gugur pada malam berdarah 30 September 1965.
Pohon pisang di sana tidak lagi sekadar tanaman liar. Ia berdiri sebagai simbol kesetiaan sejarah, menjadi pengingat bahwa di balik kesederhanaannya tersimpan kisah tragis yang mengubah arah perjalanan bangsa.
Melalui kisah ini, generasi muda di ingatkan agar tak melupakan masa lalu. Lubang Buaya dan pohon pisang yang tumbuh di atas tanah bersejarah itu mengajarkan bahwa kemerdekaan dan kedamaian yang di rasakan hari ini di bayar dengan darah dan pengorbanan para pahlawan.
Seiring waktu, banyak pohon lain tumbuh di sekitar lokasi tersebut, namun keberadaan pohon pisang tetap di anggap istimewa. Ia menjadi penanda alami yang tak pernah hilang, sekaligus pengingat abadi tentang pentingnya menjaga ideologi Pancasila dan keutuhan NKRI.
Sejarah mungkin tak bisa di ubah, tetapi kisah yang melekat pada pohon pisang di Lubang Buaya akan terus hidup sebagai peringatan agar bangsa ini tidak lagi mengulangi tragedi serupa. (Tim)