Britainaja – Resolusi yang mengacu pada Deklarasi New York tersebut lolos dengan perolehan suara mayoritas: 142 negara mendukung, 10 menolak, dan 12 memilih abstain. Deklarasi ini sebelumnya di rumuskan dalam konferensi internasional tingkat tinggi di markas besar PBB pada Juli 2025, dengan tujuan menyusun peta jalan menuju perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah.
Prancis dan Arab Saudi yang bertindak sebagai ketua bersama konferensi menjadi pengusul utama rancangan resolusi ini. Dalam sidang, pengamat permanen Palestina menyampaikan rasa terima kasih kepada negara-negara anggota yang memberikan dukungan, serta menegaskan bahwa jalan perdamaian hanya bisa di tempuh dengan komitmen pada solusi dua negara.
Ia juga mengajak pihak-pihak yang masih mengandalkan kekerasan untuk mempertimbangkan kepentingan rakyat secara lebih luas. Menurutnya, keberhasilan implementasi resolusi ini dapat membuka peluang integrasi kawasan dan mempercepat pembangunan serta kerja sama di Timur Tengah.
Perwakilan Prancis menambahkan, Deklarasi New York menawarkan arah yang jelas menuju perdamaian. Rencana tersebut memuat sejumlah langkah, termasuk gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan sandera, serta pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Selain itu, dokumen tersebut juga menyoroti perlunya pelucutan senjata Hamas, pengeluaran kelompok itu dari pemerintahan Gaza, serta normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab.
Namun, Amerika Serikat menolak resolusi ini. Delegasi Washington menyebut keputusan Majelis Umum sebagai “aksi politis yang keliru dan tidak tepat waktu”. Pihak AS menilai langkah tersebut justru berpotensi mengganggu upaya diplomatik yang lebih serius dalam meredakan konflik berkepanjangan di kawasan.
Resolusi terbaru ini menambah babak baru dalam diplomasi internasional mengenai isu Palestina-Israel. Meski mendapat dukungan luas, efektivitas implementasinya masih akan sangat bergantung pada kemauan politik para pihak yang terlibat langsung dalam konflik. (Tim)