Britainaja – Pulau Dewata selalu punya magnet bagi para pelancong, dan Tanah Lot menjadi salah satu destinasi yang tak pernah absen dari daftar kunjungan wisatawan. Berlokasi di Kabupaten Tabanan, pura yang berdiri di atas batu karang ini memadukan pesona alam dan spiritualitas, menjadikannya salah satu ikon wisata paling terkenal di Bali.
Tanah Lot bukan hanya sekadar objek wisata yang memanjakan mata. Tempat ini menyimpan nilai sejarah dan keagamaan yang sangat di hormati masyarakat Hindu Bali sejak berabad-abad lalu. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-16, Tanah Lot di gunakan sebagai tempat pemujaan bagi roh penjaga laut. Hingga kini, tradisi tersebut tetap di jaga, membuat kawasan ini memiliki nuansa religius yang begitu kuat.
Setiap sudut Tanah Lot menawarkan suasana yang khas. Suara ombak menghantam tebing karang, udara asin khas pantai, serta wangi dupa dari para pemuja, berpadu menciptakan atmosfer sakral yang sulit di temukan di tempat lain. Para wisatawan kerap menyebutnya sebagai perpaduan sempurna antara keindahan alam dan ketenangan batin.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Tanah Lot seolah berubah menjadi lukisan hidup. Siluet pura yang di balut cahaya jingga memberikan pemandangan yang memukau. Itulah alasan mengapa spot sunset di kawasan ini selalu di buru wisatawan, baik untuk berfoto maupun sekadar menikmati ketenangan senja.
Selain daya tarik utamanya yang berupa pura di atas karang, Tanah Lot juga menyediakan fasilitas wisata yang cukup lengkap. Mulai dari area tempat duduk untuk menyaksikan matahari terbenam, jalur pedestrian, kios suvenir, hingga fasilitas penunjang keamanan bagi wisatawan.
Namun, pesona megah Tanah Lot hadir bersama tantangan besar. Arus laut yang kuat dan ombak yang terus menghantam karang menyebabkan abrasi alami yang mengancam struktur pura. Karena itu, pemerintah bersama masyarakat adat telah melakukan berbagai langkah konservasi selama bertahun-tahun.
Program perlindungan kawasan ini sudah di mulai jauh sebelum menjadi destinasi favorit wisatawan. Pada tahun 1987, di lakukan pemasangan pemecah gelombang sebagai proteksi awal. Upaya tersebut kemudian di sempurnakan dengan desain yang lebih ramah lingkungan pada 1992 untuk menjaga agar keindahan panorama laut tidak terganggu.
Rentang tahun 2000 hingga 2003 menjadi masa penting dalam pengembangan kawasan wisata Tanah Lot. Pada periode ini, berbagai renovasi di lakukan, termasuk penataan ulang Wantilan dan pembangunan kembali Candi Bentar sebagai akses masuk ke pura.
Yang terbaru, pada 2024 pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 11 miliar untuk melakukan pemugaran lanjutan. Fokusnya adalah memperkuat struktur batu karang serta meningkatkan keamanan kawasan agar bisa terus di nikmati generasi mendatang.
Bagi wisatawan yang ingin menyusun itinerary liburan ke Bali, Tanah Lot hampir selalu masuk daftar destinasi wajib. Selain nilai spiritual dan pemandangan yang memanjakan mata, pengalaman berkunjung ke Tanah Lot selalu memberikan kesan yang berbeda setiap datang kembali.
Untuk menikmati pengalaman tersebut, wisatawan perlu membeli tiket masuk dengan tarif berbeda untuk warga domestik maupun mancanegara. Pengunjung dewasa asal Indonesia di kenakan tarif Rp30.000, sedangkan anak-anak usia 5–10 tahun di kenai Rp20.000. Sementara itu, wisatawan mancanegara membayar tiket Rp75.000 untuk dewasa dan Rp40.000 bagi anak-anak. Harga tersebut belum termasuk biaya parkir kendaraan.
Tanah Lot bukan hanya simbol kejayaan pariwisata Bali, tetapi juga warisan budaya yang perlu di jaga keberlangsungannya. Upaya konservasi yang di lakukan pemerintah dan masyarakat menunjukkan komitmen untuk memastikan Tanah Lot tetap menjadi destinasi yang memesona dan sarat makna bagi siapa saja yang datang berkunjung. (Tim)









