Britainaja – Rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (5/11/2025). Pelemahan tersebut terjadi menjelang rilis data pertumbuhan ekonomi nasional dan sejumlah agenda ekonomi global yang menjadi perhatian pelaku pasar.
Nilai tukar rupiah bergerak melemah di awal sesi perdagangan. Data Bloomberg mencatat, rupiah di buka di level Rp16.724 per dolar AS, turun sekitar 0,10 persen atau 17 poin di bandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sehari sebelumnya, rupiah telah mengakhiri sesi dengan pelemahan di posisi Rp16.708 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada hari yang sama terus menguat dan mencapai 100,14, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
Analis Pasar Uang, Fikri C. Permana, memperkirakan gerak rupiah masih cenderung tertekan sepanjang perdagangan hari ini. Menurutnya, pelemahan di proyeksikan bergerak menuju kisaran Rp16.715 per dolar AS.
“Rupiah berpotensi melemah tipis seiring sikap pelaku pasar yang menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi dari BPS serta hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Fikri.
Ia menjelaskan, pelaku pasar saat ini lebih memilih bersikap berhati-hati. Selain menunggu data domestik, pasar juga mencermati proses rebalancing indeks saham MSCI serta laporan tenaga kerja non-pertanian Amerika Serikat (US Non-Farm Payrolls) yang menjadi indikator penting kondisi ekonomi AS.
Sementara itu, Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menyoroti penguatan indeks dolar AS hingga menyentuh posisi 100, yang menurutnya merupakan batas psikologis penting dalam pergerakan pasar global.
“Level 100 menjadi titik yang secara historis berfungsi sebagai area support maupun resistance. Kembalinya indeks dolar ke level tersebut menjadi sinyal kuat perubahan sentimen pasar,” kata Rully.
Rully menjelaskan bahwa salah satu pendorong penguatan dolar AS adalah menurunnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve. Investor mulai memperkirakan kebijakan moneter ketat masih akan berlangsung lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Faktor lainnya adalah meningkatnya kekhawatiran mengenai kondisi fiskal Inggris yang tengah mengalami tekanan, serta tanda-tanda perlambatan ekonomi di beberapa negara Eropa, termasuk Jerman dan Prancis. Kondisi ini membuat investor global kembali mencari aset aman (safe haven), termasuk dolar.
“Ketika dolar menguat, tekanan terhadap mata uang negara berkembang biasanya semakin besar. Rupiah tidak terkecuali,” tambah Rully.
Dengan demikian, rupiah telah berada di kisaran Rp16.700 per dolar AS sejak Selasa dan berpeluang bergerak terbatas sambil menunggu kepastian arah kebijakan bank sentral global dan rilis data ekonomi domestik.
Pergerakan rupiah pada pekan ini di perkirakan masih sensitif terhadap sentimen eksternal dan data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat. Pelaku pasar akan mencermati hasil rilis pertumbuhan ekonomi, data tenaga kerja Amerika Serikat, serta arah kebijakan suku bunga global untuk menentukan strategi investasi berikutnya. (Tim)









