Britainaja – Malaysia kembali membuktikan dominasinya di sektor pariwisata Asia Tenggara. Dalam delapan bulan pertama tahun 2025, negeri jiran itu berhasil menarik 28,2 juta wisatawan mancanegara, menjadikannya negara paling ramai di kunjungi di kawasan.
Kementerian Pariwisata Malaysia mencatat, angka tersebut menunjukkan kenaikan 14,5 persen di bandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan signifikan ini di sebut sebagai tanda kuat pemulihan industri pariwisata pascapandemi.
“Data ini mencerminkan pertumbuhan positif dan berkelanjutan dalam kunjungan wisatawan asing ke Malaysia,” demikian keterangan resmi dari Kementerian Pariwisata Malaysia, di kutip dari The Star.
Keberhasilan ini tidak datang secara tiba-tiba. Pemerintah Malaysia di ketahui gencar memperkuat sektor pariwisata dengan berbagai strategi. Mulai dari pelonggaran kebijakan visa, peningkatan infrastruktur wisata, hingga kampanye promosi internasional berskala besar. Langkah-langkah tersebut terbukti efektif mendongkrak jumlah wisatawan asing.
Salah satu kebijakan yang berkontribusi besar adalah perpanjangan bebas visa untuk wisatawan asal Tiongkok selama lima tahun ke depan, yang kemungkinan akan di perpanjang hingga 2036. Kebijakan ini di nilai mampu menarik jutaan pelancong asal negeri tirai bambu setiap tahunnya.
Pada 2024 lalu, Malaysia juga mencatat prestasi mengesankan dengan 38 juta kunjungan turis asing, atau naik 31,1 persen dari tahun sebelumnya. Angka itu bahkan melampaui tingkat kunjungan sebelum pandemi 2019 sebesar 8,3 persen.
Sementara itu, pesaing terdekatnya, Thailand, mencatat kunjungan 21,8 juta wisatawan asing dalam periode yang sama pada 2025. Namun, angka tersebut turun sekitar 7 persen akibat meningkatnya kekhawatiran soal keamanan dan situasi politik dalam negeri, seperti di laporkan Bangkok Post.
Di sisi lain, Indonesia masih berupaya mengejar ketertinggalan. Berdasarkan data terbaru, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air selama Januari-Agustus 2025 baru mencapai 10,04 juta orang. Meski menjadi capaian tertinggi sejak pandemi, jumlah itu masih jauh di bawah Malaysia dan Thailand.
Pengamat industri menilai, kebijakan visa yang lebih fleksibel dan promosi pariwisata agresif menjadi kunci keberhasilan Malaysia menyalip dua tetangganya. Negara itu di anggap mampu membaca tren wisata global dengan lebih cepat dan responsif terhadap kebutuhan pasar.
Momentum positif ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Malaysia. Peningkatan kunjungan wisatawan berpotensi memperkuat devisa negara, menciptakan lapangan kerja baru, serta menghidupkan kembali sektor perhotelan dan transportasi.
Dengan capaian tersebut, Malaysia kini menjadi role model pariwisata Asia Tenggara. Sementara negara-negara lain di kawasan di harapkan dapat mengambil pelajaran dari strategi dan kebijakan sukses yang di terapkan negeri jiran tersebut. (Tim)