Britainaja – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun pada akhir perdagangan Selasa (4/11/2025), seiring pelemahan mayoritas bursa saham Asia dan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea.
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Selasa berlangsung fluktuatif. IHSG sempat dibuka menguat di posisi 8.275,95 pada awal sesi, namun kehilangan tenaga di sesi kedua hingga akhirnya ditutup melemah 0,40 persen atau turun 33 poin ke level 8.241,91.
Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 440 emiten tercatat melemah, 275 stagnan, dan hanya 220 saham yang berhasil menguat. Sektor bahan baku, properti, dan teknologi menjadi penekan utama pergerakan indeks hari ini.
Volume perdagangan mencapai 27,62 miliar lembar saham dengan frekuensi transaksi sekitar 2,32 juta kali. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp19,46 triliun, sementara kapitalisasi pasar BEI turun menjadi Rp14.998 triliun.
Tim analis Phintraco Sekuritas menjelaskan, pelemahan IHSG terjadi seiring dengan turunnya indeks saham di kawasan Asia. Selain faktor eksternal ekonomi global, kabar mengenai peluncuran beberapa roket oleh Korea Utara menjelang kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat ke perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara turut menambah tekanan bagi pasar.
“Minimnya sentimen positif membuat investor cenderung melakukan aksi ambil untung setelah penguatan di sesi sebelumnya,” ungkap tim Phintraco dalam laporannya.
Mayoritas bursa Asia memang kompak ditutup di zona merah. Pasar menunggu kejelasan data fundamental ekonomi dari dalam negeri yang dijadwalkan akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/11/2025).
Menurut proyeksi Phintraco Sekuritas, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 diperkirakan tumbuh 5,2 persen secara tahunan (year-on-year), namun secara kuartalan (quarter-to-quarter) berpotensi melambat menjadi 1,6 persen.
Meski sebagian besar sektor melemah, saham-saham rokok justru menunjukkan pergerakan positif. Kenaikan ini di picu oleh rencana kebijakan dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang berencana menerapkan tarif cukai khusus bagi produsen rokok ilegal.
Kebijakan tersebut di harapkan dapat mendorong para produsen rokok ilegal masuk ke kawasan industri hasil tembakau agar tercipta iklim persaingan yang lebih sehat dalam industri tersebut.
Dengan tekanan eksternal dari bursa Asia dan ketegangan geopolitik global, investor di sarankan tetap berhati-hati dan menunggu rilis data ekonomi domestik sebagai acuan arah pasar berikutnya. (Tim)









