Britainaja, Guangzhou – Pemerintah Tiongkok melakukan langkah darurat menghadapi Topan Ragasa yang bergerak cepat dari Laut Cina Selatan. Lebih dari satu juta penduduk Provinsi Guangdong telah di relokasi sejak Selasa (23/9/2025) malam untuk mengurangi risiko korban jiwa.
Pusat Meteorologi Nasional memperkirakan badai tersebut akan mendarat di sekitar kota Taishan dan Zhanjiang pada Rabu (24/9/2025) siang hingga sore. Angin kencang dengan kecepatan mencapai 195 kilometer per jam di sertai hujan lebat di perkirakan menghantam sebagian besar wilayah Guangdong dan Fujian.
Sejumlah kota besar di selatan Tiongkok, termasuk Shenzhen, Guangzhou, dan Foshan, menghentikan sementara aktivitas sekolah, perkantoran, produksi, dan transportasi. Hal serupa juga di lakukan di Haikou, Provinsi Hainan.
Di Hong Kong dan Makau, otoritas setempat memutuskan meliburkan kegiatan belajar-mengajar. Ratusan warga pun di evakuasi ke tempat penampungan darurat untuk menghindari bahaya badai.
Bandara di Hong Kong dan Shenzhen membatalkan ratusan jadwal penerbangan sejak Selasa malam. Pemerintah Makau juga menutup sejumlah jembatan utama dan mengevakuasi warga maupun wisatawan.
Langkah ini di lakukan setelah prakiraan cuaca menunjukkan gelombang laut bisa mencapai ketinggian empat hingga lima meter di beberapa kawasan pesisir. Kondisi tersebut mengingatkan warga pada badai besar Hato (2017) dan Mangkhut (2018) yang sempat melumpuhkan pusat keuangan Asia.
Di daerah rawan banjir, warga memasang karung pasir di depan rumah dan menutup kaca jendela dengan selotip untuk mencegah pecah akibat terpaan angin. Beberapa keluarga memilih menimbun bahan makanan dan kebutuhan pokok, sementara para pedagang mencatat peningkatan penjualan barang harian.
Di Hong Kong, fenomena gelombang setinggi dua hingga tiga meter menarik perhatian warga. Banyak yang berkumpul di tepi pantai untuk menyaksikan langsung terjangan ombak, meski pihak berwenang telah mengimbau agar tetap waspada.
Topan Ragasa di perkirakan menjadi salah satu badai terkuat tahun ini. Selain mengancam keselamatan warga, badai juga berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi di Guangdong, provinsi yang di kenal sebagai pusat manufaktur dan perdagangan internasional.
Lembaga Observatorium Hong Kong telah mengeluarkan peringatan kewaspadaan tinggi. Permukaan air laut di prediksi naik hingga dua meter, bahkan di beberapa lokasi bisa lebih tinggi.
Dengan prediksi cuaca yang menunjukkan ancaman serius, otoritas Tiongkok menegaskan bahwa keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama. Upaya relokasi, penutupan fasilitas umum, hingga pembatalan penerbangan di lakukan untuk meminimalkan dampak Topan Ragasa yang kini bergerak mendekati pesisir selatan negeri itu. (Tim)