Britainaja – Menjelang perayaan Hari Raya Waisak yang jatuh pada Senin, 12 Mei 2025, perhatian masyarakat kembali tertuju pada perjalanan spiritual luar biasa yang dilakukan oleh para biksu dari Thailand menuju Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan ini dikenal dengan istilah Thudong, sebuah tradisi kuno yang sarat nilai spiritual dan filosofi mendalam.
Berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, Kementerian Agama Republik Indonesia, rangkaian kegiatan ini diawali dengan pengambilan lentera air serta penulisan harapan oleh para bhante. Prosesi ini menjadi simbol pembersihan batin dan doa-doa untuk kedamaian.
Tradisi Thudong senantiasa menarik perhatian publik. Bahkan, pada tahun 2024 lalu, perjalanan para bhante ini sempat viral di media sosial, mengundang rasa ingin tahu dari masyarakat luas mengenai makna dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Secara harfiah, Thudong merujuk pada perjalanan panjang yang dijalani oleh para biksu sebagai bentuk praktik spiritual. Tradisi ini berasal dari zaman Sang Buddha, di mana para bhante kala itu belum memiliki tempat tinggal tetap, dan harus berjalan dari satu hutan ke hutan lainnya untuk menyebarkan ajaran Buddha.
Lebih dari sekadar perjalanan fisik, Thudong menjadi sarana perenungan dan latihan batin. Dalam tradisinya, para biksu akan menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki, sering kali disertai dengan puasa dan meditasi mendalam. Mereka mengenakan jubah khas, membawa perbekalan secukupnya, dan hanya makan satu kali dalam sehari.
Biasanya, praktik Thudong dilakukan menjelang musim kemarau atau awal musim semi, setelah masa tinggal selama empat bulan di wihara saat musim hujan berakhir. Dalam perjalanan ini, para bhante harus menghadapi tantangan alam, seperti panas terik, hujan, dan kelelahan, namun semuanya dijalani dengan ketenangan dan penuh kesabaran.
Ajaran utama yang tercermin dari Thudong adalah latihan kesabaran. Dalam pandangan Buddha, kesabaran merupakan salah satu bentuk tertinggi dari praktik Dhamma. Melalui perjalanan inilah para bhante meneladani ajaran Sang Buddha secara nyata, sembari menyebarkan pesan kedamaian dan kasih sayang kepada setiap orang yang mereka temui. (***)