Britainaja – Sebuah kisah datang dari negeri Yunani. Seorang wanita mengambil keputusan yang sangat mengejutkan untuk mengakhiri pernikahannya setelah mempercayai hasil ramalan yang dianalisis melalui ampas kopi suaminya menggunakan perangkat Artificial Inteligen (AI) ChatGPT. Perangkat tersebut digunakannya untuk menafsirkan tasseografi, sebuah metode kuno untuk membaca pola ampas kopi, yang hasilnya mengindikasikan bahwa sang suami menjalin hubungan gelap.
Percaya sepenuhnya pada ramalan tersebut, wanita Yunani itu pun menggugat cerai dan membawa perkara pernikahannya ke pengadilan. Sontak kejadian ini memicu diskusi luas tentang pengaruh teknologi berbasis AI dalam kehidupan pribadi seseorang, termasuk dalam pengambilan keputusan krusial.
Insiden ini menjadi sorotan publik setelah sang suami tampil dalam sebuah acara televisi pagi “To Proino” di Yunani. Dalam sesi wawancaranya tersebut, ia menceritakan bagaimana istrinya menggunakan ChatGPT untuk membaca sisa kopi di dalam cangkir sebagai bagian dari tradisi lokal.
“Istri saya senang mencoba hal-hal yang sedang tren. Suatu hari ia menyajikan kopi Yunani, memotret cangkirnya, lalu meminta ChatGPT menafsirkan ampasnya,” ujar sang suami, dikutip dari Greek City Times (26 April 2025).
Pasangan yang telah menikah, hidup bersama selama 12 tahun dan memiliki dua anak dari pernikahannya itu tidak menyangka bahwa permainan iseng ini akan berujung serius. Hasil analisa AI menunjukkan adanya keterlibatan perempuan lain dengan inisial “E”, yang disebut-sebut sebagai sosok fantasi suaminya dan digambarkan sebagai awal dari hubungan baru tersebut.
Tak hanya itu saja, pola ampas pada cangkir sang istri menggambarkan kegelapan rumah tangga yang dikaitkan dengan pengkhianatan oleh sang suami. Menurut sang suami, meskipun awalnya ia menganggap hal tersebut sebagai candaan, lain hal dengan istrinya justru menanggapinya dengan sangat serius dan meyakinkan.
“Ia langsung mengusir saya dari rumah dan memberi tahu anak-anak kami bahwa kami akan bercerai,” tambahnya. Tak lama berselang, ia pun akhirnya menerima surat resmi yang disampaikan oleh pengacara istrinya.
Riwayat Kepercayaan pada Hal Gaib
Sang suami mengungkap bahwa ini bukan kali pertama istrinya mengambil keputusan berdasarkan keyakinan supranatural. “Beberapa tahun lalu, dia pernah menemui seorang astrolog dan menghabiskan waktu hampir setahun untuk menyadari bahwa ramalan itu tidak akurat,” kenangnya.
Menurut kuasa hukumnya, hasil pembacaan dari perangkat AI ChatGPT tidak bisa dijadikan dasar hukum. Ia menegaskan bahwa kliennya tidak bersalah sampai ada bukti nyata terkait tuduhan perselingkuhan.
Apa Itu Tasseografi dan Kenapa Jadi Perdebatan?
Tasseografi adalah seni meramal nasib lewat pola yang terbentuk dari sisa daun teh, ampas kopi, atau sedimen anggur di dasar cangkir. Praktik ini telah lama menjadi bagian dari tradisi spiritual dan di percayai oleh masyarakat di kawasan Timur Tengah, Yunani, dan Turki. Para peramal biasanya menganalisis bentuk dan busa pada cangkir untuk memberikan tafsiran atau ramalan terhadap kehidupan seseorang.
Namun, penggunaan AI seperti ChatGPT untuk menggantikan peran peramal tradisional adalah hal baru. Ini memicu pertanyaan besar tentang sejauh mana masyarakat boleh bergantung pada kecerdasan buatan dalam konteks emosional dan kehidupan pribadi sesorang.
Beberapa praktisi tasseografi pun mengatakan bahwa membaca ampas dan buih kopi bukan hanya sekadar melihat bentuknya saja, tetapi juga memerlukan intuisi dan pengalaman. Oleh karena itu, menafsirkan ampas kopi melalui sistem otomatis AI dianggap kurang valid.
Kisah hubungan pernikahan pasangan di Yunani ini menjadi viral dan ramai diperbincangkan di media sosial, bahkan menimbulkan beragam meme lucu. Namun di balik keunikannya, cerita ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap teknologi, termasuk dalam situasi yang seharusnya membutuhkan pertimbangan matang dan rasional yang mendalam.
Pakar hukum dan teknologi pun mulai mengingatkan bahwa kecerdasan buatan seperti ChatGPT tidak bisa dijadikan landasan utama dalam mengambil sebuah keputusan emosional atau hukum. Meskipun demikian, sang istri tetap berpegang pada keyakinannya dan menuntut perceraian.
Kejadian ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi, yang awalnya dirancang untuk membantu manusia, kini berpotensi memengaruhi hubungan dan emosi seseorang secara signifikan dan cenderung beresiko tinggi. (***)