Britainaja – Selama puluhan tahun, El Azizia di Libya di akui sebagai tempat dengan suhu udara paling ekstrem di dunia. Catatan meteorologi bersejarah menyebutkan wilayah ini pernah mencapai 57,8 derajat Celsius pada 13 September 1922. Rekor ini bertahan lama dan menjadi rujukan utama ilmuwan serta masyarakat umum.
Namun, kemajuan teknologi pemantauan dari luar angkasa baru-baru ini mengungkap sebuah fakta yang jauh lebih mengejutkan. Data yang di himpun Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan titik terpanas di Bumi sesungguhnya jauh melampaui angka tersebut.
NASA, melalui satelit observasi Aqua yang di lengkapi instrumen MODIS, telah berhasil memetakan suhu permukaan tanah secara global. Penting untuk di ketahui, pengukuran satelit ini berbeda dengan stasiun cuaca konvensional. Satelit tidak mengukur suhu udara yang biasa kita rasakan, melainkan Land Surface Temperature (LST) atau suhu permukaan lahan.
Perbedaan ini dapat dengan mudah di bayangkan ketika kita berjalan tanpa alas kaki di atas aspal atau pasir pantai yang terpapar sinar matahari langsung. Permukaan pijakan tersebut akan terasa jauh lebih panas daripada udara di se sekitarnya. Menurut data yang di rilis NASA, suhu permukaan tanah bisa mencapai 40 derajat Celsius lebih tinggi daripada suhu udara di atasnya.
Berdasarkan pemindaian suhu permukaan yang sangat detail, NASA secara resmi menetapkan Gurun Lut di Iran sebagai wilayah terpanas di Bumi.
Data pengamatan satelit menunjukkan suhu permukaan di Gurun Lut mencapai angka yang sangat ekstrem, yaitu 70,7 derajat Celsius. Angka ini jauh melampaui rekor suhu udara 57,8 derajat Celsius yang selama ini dipegang oleh El Azizia, Libya. Selain Iran, NASA juga mencatat wilayah pedalaman Queensland di Australia pernah mencapai suhu permukaan yang sangat tinggi, yaitu 69,3 derajat Celsius.
Pemetaan suhu permukaan ini tidak hanya sekadar mencatat rekor, tetapi juga memberikan wawasan baru yang krusial bagi ilmu pengetahuan. Para peneliti kini memiliki instrumen efektif untuk memantau perubahan tutupan lahan.
Citra satelit secara konsisten menunjukkan bahwa area yang di tutupi oleh hutan lebat memiliki suhu permukaan yang jauh lebih sejuk di bandingkan lahan terbuka. Hal ini mengonfirmasi peran pepohonan sebagai penyejuk alami.
Oleh karena itu, data LST dari NASA ini menjadi indikator vital. Apabila terjadi deforestasi atau penebangan hutan besar-besaran, suhu permukaan tanah di wilayah tersebut akan meningkat signifikan. Informasi ini sangat berharga bagi ilmuwan dalam melacak kerusakan hutan dan dampaknya terhadap iklim mikro di seluruh dunia. (Tim)









