Britainaja – Rasulullah Muhammad SAW adalah suri teladan sempurna, bukan hanya dalam ibadah dan kepemimpinan, tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga. Beliau hidup berdampingan dengan istri-istri yang memiliki berbagai latar belakang dan kepribadian. Dalam keseharian, tentu tak lepas dari perbedaan pendapat bahkan sesekali perselisihan, yang menjadi bagian wajar dalam kehidupan rumah tangga.
Namun, Rasulullah SAW menunjukkan akhlak yang luhur dalam menyikapi setiap persoalan keluarga. Beliau tidak pernah berlaku kasar, tidak pernah meninggikan suara dengan emosi yang tak terkendali, apalagi sampai menyakiti secara fisik.
Ketika Rasulullah SAW Menjauh dari Istri-istrinya
Salah satu peristiwa yang menjadi pelajaran besar bagi umat Islam adalah ketika terjadi perselisihan antara Rasulullah SAW dan para istrinya, yang dipicu oleh permintaan mereka terkait nafkah duniawi. Rasulullah SAW merasa sedih dan memilih untuk menjauh selama kurang lebih satu bulan.
Lalu Allah SWT menurunkan wahyu yang menjadi petunjuk dalam menyikapi persoalan itu:
قُلْ لِّأَزْوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (٢٨)
وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ فَإِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَٰتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu: Jika kamu menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kemarilah, aku akan berikan kepada kalian mut‘ah dan aku ceraikan kalian dengan cara yang baik. Tetapi jika kalian menghendaki Allah dan Rasul-Nya serta negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan pahala yang besar bagi siapa saja di antara kalian yang berbuat baik.”
(QS. Al-Ahzab: 28-29)
Ayat ini menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW menyerahkan pilihan kepada istri-istrinya dengan cara lembut dan penuh keikhlasan, tanpa paksaan, tanpa emosi, serta berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Sikap Rasulullah SAW dalam Menyikapi Konflik
Dalam berbagai riwayat shahih, Rasulullah SAW menunjukkan banyak sikap mulia saat menghadapi konflik rumah tangga:
- Mengendalikan Amarah
Rasulullah tidak pernah meluapkan kemarahan dengan cara yang merusak. Bahkan, beliau bersabda:لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim) - Tidak Pernah Memukul Istri
Dalam hadits Aisyah RA disebutkan:مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا
“Rasulullah SAW tidak pernah sama sekali memukul apa pun dengan tangannya, baik wanita maupun pelayan.”
(HR. Muslim) - Menghindari Pertengkaran
Saat ketegangan meningkat, Rasulullah memilih menjauh sejenak, bukan untuk lari dari masalah, tetapi sebagai bentuk pengendalian diri dan memberi ruang untuk introspeksi. - Memberikan Pilihan dengan Penuh Keadilan
Rasulullah SAW tidak memaksakan kehendaknya. Beliau menghargai pilihan istrinya dan menyampaikan dengan cara yang bijak, sesuai bimbingan Allah.
Pelajaran bagi Umat Islam
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW merupakan pelajaran penting bahwa rumah tangga pasti diuji dengan ujian. Namun, kunci keberhasilan rumah tangga bukanlah tidak adanya masalah, tetapi cara menyikapinya dengan akhlak yang mulia.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًۭ وَرَحْمَةً ۚ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu kasih sayang dan rahmat.”
(QS. Ar-Rum: 21)
Rumah tangga ideal adalah yang dibangun atas dasar sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang). Bukan rumah tangga yang bebas dari masalah, tapi rumah tangga yang mampu melewati masalah dengan kepala dingin dan hati yang lapang.
Kisah Rasulullah SAW dalam menghadapi ketegangan rumah tangga bukan sekadar sejarah, melainkan pedoman bagi setiap muslim. Akhlak beliau adalah bukti bahwa cinta sejati dibangun atas dasar kesabaran, pengertian, dan akhlak yang luhur.
Jika Rasulullah SAW saja—manusia terbaik pilihan Allah—pernah mengalami konflik dengan istri, maka wajar bila kita pun mengalaminya. Yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapinya. Maka teladanilah Rasulullah SAW, niscaya rumah tangga kita akan diberkahi dan dilimpahi ketenangan. (***)