Britainaja – Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini diperkirakan bergerak positif. Analis memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan seiring dengan sentimen global yang mulai stabil dan masuknya dana asing.
Setelah menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan pelemahan tipis, pasar saham domestik diprediksi akan bangkit pada perdagangan Senin (3/11/2025). Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menilai IHSG berpotensi menguat dengan rentang pergerakan di level 8.080-8.150 untuk area support dan 8.200–8.250 pada level resistance.
“Secara teknikal, peluang kenaikan masih terbuka. Sentimen dari pasar global mulai menunjukkan arah positif,” ujar Fanny dalam laporannya.
Pada perdagangan Jumat (31/10), IHSG ditutup melemah 0,25 persen ke posisi 8.163,88, namun aliran modal asing justru masuk dengan net buy mencapai Rp857 miliar. Saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor keuangan, menjadi incaran utama investor asing.
Saham seperti BBRI, TLKM, BRMS, BBCA, dan UNVR tercatat paling banyak diborong. Menurut Fanny, minat investor terhadap saham perbankan masih tinggi karena fundamental sektor tersebut dianggap kuat di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Sentimen Global Pengaruhi Arah Pasar
Faktor eksternal turut berperan dalam menentukan arah pasar saham Indonesia pekan ini. Salah satunya adalah hasil pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang dikabarkan mencapai kesepakatan sementara untuk menurunkan ketegangan dagang.
“Kesepakatan tersebut bisa disebut sebagai bentuk ‘gencatan senjata dagang’ antara dua negara ekonomi terbesar dunia,” jelas Fanny.
Isu perdagangan kedua negara sebelumnya meningkat setelah Tiongkok membatasi ekspor rare earth elements (tanah jarang), material penting yang digunakan dalam industri strategis seperti pertahanan, otomotif, dan energi. Pembatasan ini sempat memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang baru, namun tensi mulai mereda usai kesepakatan sementara tersebut.
Meski begitu, kondisi pasar saham di Asia belum sepenuhnya stabil. Sejumlah indeks masih ditutup melemah pada akhir pekan lalu, seperti Hang Seng Hong Kong yang turun 1,43 persen dan CSI 300 Tiongkok yang melemah 1,47 persen.
Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang mencatat lonjakan 2,12 persen dan Kospi Korea Selatan naik 0,50 persen. Adapun S&P/ASX 200 Australia bergerak relatif datar dengan penurunan tipis 0,04 persen.
Wall Street Kompak Menguat
Dari Amerika Serikat, bursa saham Wall Street menutup perdagangan Jumat dengan penguatan serentak. Dorongan utama datang dari lonjakan saham Amazon, yang naik 9,6 persen setelah laporan keuangan kuartalannya melampaui ekspektasi analis.
Kinerja positif emiten teknologi besar tersebut turut mengangkat indeks utama di Wall Street. Nasdaq naik 0,61 persen, S&P 500 bertambah 0,26 persen, dan Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,09 persen.
Fanny menilai, tren positif dari pasar global berpotensi menjadi katalis bagi penguatan IHSG di awal pekan ini. Meski demikian, ia mengingatkan agar investor tetap berhati-hati karena fluktuasi masih mungkin terjadi menjelang rilis data ekonomi global dan laporan keuangan sejumlah emiten besar.
“Selama arus dana asing masih masuk dan tidak ada kejutan negatif dari pasar eksternal, IHSG berpotensi bergerak positif dengan dominasi sektor finansial dan konsumsi,” pungkasnya.
Dengan kombinasi sentimen global yang mulai kondusif dan aliran modal asing yang terus masuk, IHSG memiliki peluang untuk menguat dalam beberapa hari ke depan. Namun, pelaku pasar tetap disarankan memantau perkembangan eksternal dan menjaga strategi investasi agar tetap seimbang di tengah ketidakpastian global. (Tim)









