Britainaja, Kuala Lumpur – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, optimistis bahwa ASEAN sedang menuju posisi strategis untuk menjadi blok ekonomi keempat terbesar dunia pada 2030. Ia menekankan pentingnya persatuan kawasan serta penguatan kerja sama perdagangan agar target tersebut tercapai.
Saat ini, ASEAN menempati urutan kelima blok ekonomi dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan mencapai USD 3,8 triliun. Tahun lalu, perekonomian kawasan tumbuh 4,8 persen berkat konsumsi rumah tangga yang stabil.
Untuk 2025, pertumbuhan PDB ASEAN di perkirakan tetap positif di kisaran 4,2 persen, meski situasi global masih penuh ketidakpastian. Kondisi ini di yakini menjadi modal kuat bagi ASEAN untuk melangkah lebih jauh dalam kancah ekonomi internasional.
Pernyataan tersebut di sampaikan Anwar saat jamuan makan malam Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN ke-57 di Kuala Lumpur, Kamis (25/9/2025). Ia menegaskan ASEAN tidak boleh hanya menjadi pengamat, melainkan harus aktif dalam menghadapi dinamika geopolitik dan ekonomi global.
“Dengan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan perjanjian perdagangan yang terus di tingkatkan, kita berada di jalur yang tepat menuju blok ekonomi terbesar keempat pada 2030,” ujarnya.
Sejak Komunitas Ekonomi ASEAN di luncurkan pada 2015, negara-negara anggota telah menyusun visi untuk menjadikan kawasan lebih kompetitif dan tangguh. Menurut Anwar, visi itu masih relevan dan tetap menjadi inspirasi bagi perjalanan ASEAN hingga kini.
Ia menambahkan bahwa kekuatan ASEAN bukan hanya jumlah negara anggota, tetapi juga solidaritas dan daya tarik kolektif yang di hormati dunia. Hal tersebut membuat ASEAN semakin di perhitungkan dalam percaturan global.
Anwar menekankan pentingnya memperkuat rantai pasok serta memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, investasi pada sektor keberlanjutan dan inovasi juga di nilai krusial agar ASEAN mampu membangun ketahanan dari dalam.
Dengan strategi tersebut, ASEAN di harapkan tidak hanya mengandalkan kekuatan konsumsi, tetapi juga bisa memperluas kontribusi dalam rantai nilai global. (Tim)