Cegah Korban Bullying Bertindak Ekstrem, Ini Langkah Efektif dari Sekolah hingga Keluarga

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 9 November 2025 - 07:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi seorang anak yang sedang termenung (Foto: pixabay)

Ilustrasi seorang anak yang sedang termenung (Foto: pixabay)

Britainaja – Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang mengakibatkan puluhan siswa luka hingga kini masih menjadi perhatian publik. Peristiwa tersebut di duga di lakukan oleh seorang siswa yang merasa menjadi korban perundungan (bullying) dalam lingkungan sekolahnya. Kejadian ini memperlihatkan bahwa luka emosional yang tidak tertangani dapat berkembang menjadi kemarahan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Psikolog Klinis Jovita Maria Ferliana, M.Psi., Psi., menjelaskan bahwa tindakan ekstrem seperti itu biasanya muncul dari rasa sakit yang terus terakumulasi. Ketika korban tidak menemukan ruang aman untuk bercerita dan pulih, perasaan tersebut dapat berubah menjadi keputusasaan atau balas dendam.

Untuk mencegah kondisi tersebut berkembang, ia menyampaikan bahwa sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat perlu berperan aktif secara berkelanjutan. Bukan hanya setelah insiden terjadi, tetapi sejak tanda-tanda awal muncul. Berikut langkah-langkah penting yang di sarankan.

1. Peran Sekolah: Pendampingan dan Lingkungan Aman

Jovita menekankan pentingnya pendampingan profesional yang terstruktur bagi siswa yang menjadi korban. Sekolah sebaiknya menyediakan layanan konseling yang di lakukan secara rutin, bukan hanya ketika masalah memuncak.

Baca Juga :  Sirih Merah: Khasiat Obat Herbal Serbaguna, Rahasia Sehat dari Pencernaan hingga Kulit

“Program pemulihan emosi perlu di terapkan agar siswa bisa mengelola rasa takut, marah, dan malu yang dialaminya,” jelasnya.

Selain layanan psikologis, sekolah di harapkan membangun budaya yang menumbuhkan empati. Kegiatan seperti diskusi terbuka, proyek sosial, dan simulasi peran dapat membantu siswa memahami dampak perundungan.

Kemudian, kehadiran kelompok dukungan sebaya (peer counselor) juga di nilai penting. Kehadiran teman yang memahami dapat membantu korban merasa tidak sendirian dan tetap terhubung secara sosial.

2. Peran Keluarga: Validasi dan Rasa Aman di Rumah

Keluarga adalah tempat pertama yang di harapkan memberikan perlindungan emosional. Karena itu, orang tua perlu mendengarkan anak tanpa menghakimi atau meremehkan perasaannya.

“Orang tua perlu mengatakan bahwa anak tidak bersalah dan wajar merasa sedih atau marah,” ujar Jovita.

Peran contoh dari orang tua juga penting. Cara mereka menghadapi konflik dan mengontrol emosi akan menjadi acuan anak. Oleh sebab itu, mengikuti edukasi parenting bisa membantu orang tua mengembangkan cara pengasuhan yang lebih suportif.

Baca Juga :  BNI Cabang Sungai Penuh Buka Lowongan BINA MAGANG 2025, Ini Syarat dan Jadwalnya

Rumah sebaiknya menjadi ruang aman, bukan tempat tekanan tambahan. Mengajak anak terlibat dalam aktivitas keluarga dapat membantu membangun rasa berarti dan meningkatkan keterampilan sosial.

3. Peran Masyarakat: Dukungan Kolektif dan Edukasi Anti-Bullying

Lingkungan sosial memiliki kontribusi besar dalam memulihkan korban. Masyarakat bisa menyelenggarakan program edukasi tentang literasi emosi dan kampanye anti-bullying melalui komunitas, organisasi pemuda, atau tempat ibadah.

Jovita menyebut perlunya jejaring kolaboratif yang melibatkan tokoh masyarakat, pengurus lingkungan, dan tenaga pendidik. “Jika di ketahui ada anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang toksik atau mengalami kekerasan, maka perlu segera di lakukan pendekatan dan pendampingan,” tuturnya.

Selain itu, korban perlu di arahkan pada aktivitas positif seperti seni, organisasi sosial, ataupun olahraga untuk membangun resiliensi, rasa percaya diri, dan empati.

Butuh Bantuan Profesional

Jika dampak psikologis sudah berat, korban perlu mendapatkan intervensi dari tenaga ahli. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi trauma dapat membantu mengurangi rasa sakit emosional yang mendalam sebelum berkembang menjadi tindakan berbahaya. (Tim)

Berita Terkait

Efek Sering Nonton Video Pendek: Otak Melemah hingga Peningkatan Kecemasan
Khasiat Biji Durian: Sumber Energi dan Nutrisi Penting yang Sering Diabaikan
6 Manfaat Buah Durian untuk Kesehatan: dari Jaga Pencernaan hingga Tulang Kuat
8 Manfaat Rebusan Kunyit Jahe Sereh yang Jarang Disadari untuk Imunitas dan Pencernaan
Sirih Merah: Khasiat Obat Herbal Serbaguna, Rahasia Sehat dari Pencernaan hingga Kulit
11 Pilihan Minuman Hangat Terbaik, Efektif Jaga Daya Tahan Tubuh Saat Hujan
Kasus Darah Tinggi pada Anak Meningkat Drastis: Obesitas Jadi Pemicu Utama
Kualitas Tidur Optimal: Inilah 5 Posisi Tidur Terbaik Atasi Masalah Kesehatan

Berita Terkait

Rabu, 26 November 2025 - 10:07 WIB

Efek Sering Nonton Video Pendek: Otak Melemah hingga Peningkatan Kecemasan

Rabu, 26 November 2025 - 05:30 WIB

Khasiat Biji Durian: Sumber Energi dan Nutrisi Penting yang Sering Diabaikan

Rabu, 26 November 2025 - 05:00 WIB

6 Manfaat Buah Durian untuk Kesehatan: dari Jaga Pencernaan hingga Tulang Kuat

Selasa, 25 November 2025 - 13:00 WIB

8 Manfaat Rebusan Kunyit Jahe Sereh yang Jarang Disadari untuk Imunitas dan Pencernaan

Selasa, 25 November 2025 - 12:00 WIB

Sirih Merah: Khasiat Obat Herbal Serbaguna, Rahasia Sehat dari Pencernaan hingga Kulit

Berita Terbaru

Tautan Viral DANA Gratis Rp492 Ribu 'Anti Zonk'

Finansial

Tautan Viral DANA Gratis Rp492 Ribu ‘Anti Zonk’

Senin, 8 Des 2025 - 12:35 WIB