Britainaja – Belakangan ini, muncul anggapan di media sosial bahwa nasi putih yang di simpan hingga dingin di klaim memiliki kalori lebih rendah di bandingkan nasi yang baru selesai di masak. Klaim tersebut juga menyebutkan bahwa nasi dingin d ianggap lebih ramah bagi kadar gula darah sehingga di nilai lebih sehat. Akibatnya, beberapa orang mulai mencoba menyimpan nasi matang di dalam kulkas atau freezer sebelum di konsumsi kembali. Namun, benarkah nasi putih dingin memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit?
Ahli gizi dan praktisi kesehatan, dr. Dion Haryadi, PN1, CHC, AIFO-K, memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. Melalui unggahan edukasinya di akun Instagram @dionharyadi pada Minggu, 9 November 2025, ia menegaskan bahwa nasi putih dingin bukan berarti memiliki kalori yang lebih rendah dari nasi hangat.
Menurut dr. Dion, nasi memiliki dua jenis pati, yaitu pati yang mudah di serap tubuh dan pati resisten. Proses pendinginan setelah nasi matang dapat meningkatkan jumlah pati resisten. Pati resisten adalah bagian karbohidrat yang tidak dicerna sepenuhnya di usus halus, sehingga bekerja seperti serat dan di keluarkan tanpa menghasilkan energi yang signifikan.
“Pendinginan nasi memang bisa meningkatkan kadar pati resisten. Pati resisten ini di cerna lebih lambat sehingga lonjakan gula darah lebih terkendali,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa dengan meningkatnya pati resisten, respons glikemik tubuh terhadap nasi menjadi lebih stabil. Artinya, konsumsi nasi dingin dapat membantu mencegah kenaikan gula darah yang terlalu cepat.
Meski demikian, peningkatan pati resisten yang terjadi tidak cukup besar untuk menurunkan total kalori nasi secara signifikan. Dalam penjelasannya, dr. Dion menyebutkan peningkatan kadar pati resisten hanya berkisar dari sekitar 0,6 gram menjadi 1,6 gram dalam setiap 100 gram nasi. Jumlah tersebut tidak cukup untuk mengubah nilai kalorinya secara berarti.
“Peningkatannya tidak banyak. Jadi meskipun glikemiknya lebih baik, bukan berarti kalorinya turun,” ucapnya.
Selain berdampak pada gula darah, peningkatan pati resisten juga memberi manfaat lain bagi kesehatan pencernaan. Pati resisten menjadi sumber makanan bagi bakteri baik di usus dan membantu menjaga keseimbangan mikrobiota. Kondisi ini berhubungan dengan fungsi usus yang lebih optimal, penyerapan nutrisi yang lebih baik, hingga potensi meningkatkan sensitivitas insulin dalam jangka panjang.
Walaupun memiliki manfaat tersebut, dr. Dion mengingatkan bahwa nasi dingin bukanlah solusi utama untuk diet atau menurunkan berat badan. Kunci pola makan sehat tetap terletak pada keseimbangan gizi dalam satu piring. Mengonsumsi nasi, baik dingin maupun hangat, sebaiknya di sertai sumber protein dan serat seperti daging, ikan, telur, sayuran, dan buah.
“Nasi putih dingin boleh di konsumsi, nasi hangat juga boleh. Yang terpenting adalah bagaimana mengombinasikan nasi dengan lauk dan sayur agar kandungannya seimbang,” katanya.
Dengan demikian, anggapan bahwa nasi putih dingin lebih rendah kalori tidak sepenuhnya tepat. Proses pendinginan memang memberikan beberapa manfaat metabolik, tetapi tidak sampai mengubah kandungan kalori nasi. Masyarakat diimbau tetap memperhatikan pola makan secara keseluruhan, bukan hanya fokus pada suhu nasi yang di konsumsi. (Tim)









