Britainaja – Kasus penipuan yang melibatkan mesin ATM Bitcoin di Amerika Serikat (AS) terus meningkat dan menjadi perhatian serius otoritas. Data terbaru dari FBI menunjukkan, sepanjang tahun ini warga AS menderita kerugian hampir USD 250 juta atau sekitar Rp 4,14 triliun lebih dari dua kali lipat di banding tahun sebelumnya.
American Association of Retired Persons (AARP), organisasi yang mewakili 38 juta anggota lansia di AS, juga memperingatkan warganya agar berhati-hati. Mereka menyebut ATM Bitcoin kini menjadi salah satu sarana favorit para penipu untuk menjerat korban.
Di lansir dari ABC News pada Jumat (10/10/2025), ATM Bitcoin memungkinkan pengguna menyetor uang tunai dan mengirimkannya ke dompet digital dalam hitungan menit. Proses cepat ini justru menjadi celah bagi penipu. Begitu transaksi selesai, uang hampir mustahil untuk dilacak atau di kembalikan.
Direktur AARP, Amy Nofziger, menegaskan tren penipuan lewat ATM kripto meningkat tajam. “Meminta pembayaran dengan kripto kini jadi metode favorit para pelaku kejahatan. Ini masalah besar,” ujarnya.
Perhatian terhadap maraknya penipuan ini membuat otoritas hukum ikut turun tangan. Kantor Jaksa Agung Washington DC baru-baru ini menggugat perusahaan Athena Bitcoin — salah satu penyedia ATM kripto terbesar di AS. Gugatan itu menuduh Athena mengantongi ratusan ribu dolar AS dari biaya tersembunyi yang di bebankan kepada korban penipuan.
Dalam dokumen gugatan di sebutkan, sekitar 93% transaksi yang di lakukan lewat mesin Athena di wilayah tersebut merupakan hasil penipuan. Usia rata-rata korban mencapai 71 tahun.
Menanggapi tuduhan itu, Athena membantah keras dan menegaskan bahwa mereka sudah menerapkan sistem perlindungan yang kuat. “Kami menyediakan peringatan, instruksi, dan edukasi yang jelas bagi pengguna. Sama seperti bank, kami tidak mengendalikan keputusan individu untuk mengirim dana,” tulis pernyataan resmi Athena kepada ABC News.
AARP mendesak pemerintah memperketat aturan terkait penggunaan ATM Bitcoin. Salah satu usulan mereka adalah pembatasan nominal transaksi harian untuk mengurangi risiko penipuan. Hingga kini, sedikitnya 17 negara bagian di AS telah mengesahkan regulasi untuk mengatur operasional mesin ini, bahkan beberapa kota mulai mempertimbangkan pelarangan total.
Namun, langkah ini tidak selalu di terima baik. Sejumlah pengamat menilai sebagian perusahaan ATM Bitcoin enggan mengikuti regulasi ketat karena bisa menggerus keuntungan. Beberapa operator bahkan di ketahui mengenakan biaya transaksi lebih dari 20%.
CEO Inca Digital, perusahaan forensik kripto, menuding ada penyedia layanan yang sengaja menutup mata. “Sebagian dari mereka tahu mesin ini di gunakan untuk penipuan, tapi memilih diam,” ujar CEO Inca Digital, Adam.
Sementara itu, pakar keuangan sekaligus pembawa acara The Ramsey Show, Dave Ramsey, kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap investasi kripto. Dalam wawancara di Shawn Ryan Show pada April lalu, ia menyebut banyak investor kripto bertindak “bodoh” karena mengabaikan risiko tinggi yang melekat pada aset digital.
Menurutnya, Bitcoin dan aset kripto lain masih “liar” dan penuh spekulasi. “Orang-orang mengira mereka berinvestasi, padahal sebenarnya mereka hanya berspekulasi,” tegas Ramsey, di kutip dari Yahoo Finance (29/9/2025).
Ramsey menyebut grafik harga sudah cukup menjelaskan risiko besar kripto. “Jika Anda melihat grafik Bitcoin dan tak melihat risikonya, berarti Anda bodoh,” ujarnya blak-blakan.
Ia bahkan menyamakan kripto dengan permainan judi. “Teman saya yang punya kekayaan lebih dari USD 100 juta bisa menaruh satu juta dolar di kripto tanpa takut kehilangan. Tapi kebanyakan orang malah menaruh seluruh uangnya di ‘roda roulette’, dan itu bodoh,” katanya.
Pendapat keras Ramsey menuai reaksi tajam dari komunitas kripto. Namun, ia menanggapinya santai. “Banyak orang memperlakukan kripto seperti agama. Mereka berpikir yang tak ikut akan masuk neraka,” ujarnya sinis.
Dalam siaran yang sama, Ramsey bahkan menyamakan industri kripto dengan “Mary Kay untuk pria muda”, menyindir gaya pemasaran berjenjang yang sering di gunakan pelaku kripto dalam menarik investor baru.
Ramsey menegaskan, ia tidak melarang siapa pun berinvestasi di aset digital. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat hanya mengalokasikan dana yang siap hilang. “Gunakan uang yang kalau pun lenyap, tidak akan mengubah hidup Anda,” pesannya.
Maraknya penipuan lewat ATM Bitcoin dan perdebatan soal risiko kripto menunjukkan satu hal: adopsi aset digital di AS masih menghadapi tantangan besar. Di tengah minat masyarakat yang meningkat, perlindungan konsumen dan regulasi yang jelas menjadi kunci agar teknologi finansial ini tidak di salahgunakan. (Tim)