Britainaja – Ketegangan di kawasan Mediterania meningkat setelah sejumlah negara Eropa bersama Turki ikut mengawasi pergerakan flotila internasional yang tengah berlayar menuju Gaza. Armada kapal sipil itu tetap melanjutkan perjalanan meski mendapat peringatan keras dari Israel untuk menghentikan misi mereka.
Menurut penyelenggara, flotila membawa anggota parlemen, pengacara, dan aktivis dari berbagai negara, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg. Hingga Senin (29/9/2025), flotila masih berada ratusan mil dari pesisir Gaza.
Data penerbangan menunjukkan tiga drone militer Turki melakukan pengawasan terhadap flotila selama tiga hari terakhir. Drone tersebut lepas landas dari pangkalan udara Corlu.
Kementerian luar negeri, pertahanan, maupun badan intelijen Turki belum memberikan keterangan resmi terkait tujuan penerbangan tersebut. Namun, langkah ini memperlihatkan meningkatnya perhatian internasional terhadap perjalanan armada kemanusiaan itu.
Italia dan Spanyol turut menurunkan kapal angkatan laut untuk memantau jalannya misi. Meski begitu, kedua negara menegaskan keterlibatan mereka sebatas pengawalan kemanusiaan dan tidak akan berpartisipasi dalam operasi militer.
Sementara itu, penjaga pantai Yunani juga melacak pergerakan flotila di perairan mereka. Yunani bahkan sempat menjadi tempat persinggahan kapal-kapal tersebut untuk melakukan perbaikan teknis sebelum melanjutkan pelayaran ke Gaza akhir pekan lalu.
Italia memperingatkan bahwa flotila mulai mendekati zona berisiko tinggi, di mana sebelumnya kapal-kapal serupa pernah dicegat. Pemerintah Italia sebelumnya menyarankan agar bantuan kemanusiaan dialihkan ke Siprus untuk kemudian didistribusikan ke Gaza melalui Gereja Katolik Roma.
Namun, penyelenggara flotila menolak usulan tersebut. Mereka menegaskan misi utama adalah menembus blokade laut Israel dan secara langsung menyalurkan bantuan kepada warga Gaza.
Ketegangan semakin terasa setelah insiden serangan drone pekan lalu yang merusak beberapa kapal flotila lain, meski tidak menimbulkan korban jiwa. Kondisi ini menambah kekhawatiran akan keselamatan armada yang saat ini terdiri dari sekitar 40 kapal sipil.
Pengamat internasional menilai pergerakan flotila berpotensi memicu eskalasi baru di kawasan, terlebih setelah NATO juga mengeluarkan peringatan terkait konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.
Pihak penyelenggara memperkirakan flotila akan tiba di Gaza dalam waktu sekitar empat hari ke depan, bila tidak ada hambatan tambahan. Armada ini berangkat dengan misi utama mengirimkan bantuan kemanusiaan langsung ke wilayah yang terisolasi akibat blokade panjang Israel.
Meski menghadapi berbagai rintangan, para peserta flotila menegaskan komitmen mereka untuk melanjutkan misi kemanusiaan. “Kami tahu risikonya besar, tetapi misi ini penting untuk menunjukkan solidaritas dunia terhadap rakyat Gaza,” kata salah satu penyelenggara.
Dukungan sejumlah negara Eropa dan pengawasan intensif dari Turki menunjukkan bahwa misi flotila internasional ke Gaza mendapat perhatian global. Namun, ancaman serangan dan peringatan Israel menandakan perjalanan ini bukan tanpa risiko.
Dalam beberapa hari mendatang, dunia akan menunggu apakah flotila berhasil mencapai Gaza atau kembali menghadapi pencegatan seperti yang pernah terjadi sebelumnya. (Tim)