Britainaja – Tanggal 21 Mei merupakan dimulainya babak baru negara Indonesia memasuki gerbang demokrasi. 21 Mei, dikenal dengan Hari Reformasi Nasional, sebuah tonggak bersejarah yang menjadi simbol berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya babak baru dalam kehidupan demokrasi Indonesia.
Peringatan ini tak lepas dari peristiwa penting pada tahun 1998 yang melatar belakanginya, ketika gelombang tuntutan perubahan dari rakyat, terutama mahasiswa, menggema di seluruh negeri. Akar dari gerakan ini adalah krisis multidimensi yang melanda Indonesia di akhir dekade 1990-an.
Krisis yang terjadi meliputi berbagai aspek, mulai dari merosotnya stabilitas ekonomi akibat krisis moneter 1997, hingga melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto kala itu. Inflasi melonjak, nilai tukar rupiah terjun bebas, dan harga kebutuhan pokok tak terkendali, semuanya menambah berat penderitaan rakyat.
Dalam kondisi tersebut, mahasiswa dari berbagai kampus di seluruh Indonesia menggelar aksi turun ke jalan. Mereka menyuarakan aspirasi rakyat, mendesak pengunduran diri Soeharto, menuntut pembaruan politik dan hukum, memperjuangkan hak asasi manusia, serta mendorong penurunan harga kebutuhan pokok.
Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa. Kepemimpinan dilanjutkan oleh Wakil Presiden saat itu, B.J. Habibie, yang membuka jalan bagi transisi menuju sistem demokrasi.
Reformasi membawa perubahan besar di negeri ini. Pers mendapatkan ruang kebebasan yang lebih luas, lembaga perwakilan rakyat diperkuat, dan komitmen terhadap hak asasi manusia mulai dibangun. Semangat reformasi juga mendorong transparansi dalam pemerintahan serta pemilihan umum yang lebih terbuka dan adil.
Hari Reformasi Nasional bukan sekadar peringatan tahunan, tetapi menjadi momen penting akan perjuangan rakyat dalam merebut kembali demokrasi dan harapan terhadap masa depan yang lebih baik.