Mengapa Warganet Suka Kepo dan Nyinyir di Media Sosial? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 11 Mei 2025 - 11:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengapa Warganet Suka Kepo dan Nyinyir di Media Sosial? Ini Penjelasan Ilmiahnya (Foto: Pixabay)

Mengapa Warganet Suka Kepo dan Nyinyir di Media Sosial? Ini Penjelasan Ilmiahnya (Foto: Pixabay)

Britainaja – Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Namun, bersamaan dengan tingginya tingkat penggunaannya, muncul pula perilaku yang cukup menonjol di dunia maya, yakni kebiasaan kepo (ingin tahu urusan orang lain) dan nyinyir (berkomentar negatif). Fenomena ini kerap ditemui hampir setiap hari di kolom komentar, forum publik, hingga konten yang lagi viral.

Ternyata, perilaku seperti ini bukan sekadar kebiasaan iseng. Sejumlah teori psikologi dan sosial menjelaskan bahwa ada alasan ilmiah mengapa banyak masyarakat pengguna media sosial di Indonesia cenderung kepo dan nyinyir.

Salah satu penyebab utamanya adalah kebutuhan manusia untuk mendapatkan pengakuan. Dalam sebuah teori Maslow, kebutuhan akan harga diri dan eksistensi menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Media sosial menjadi ruang instan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan berkomentar atau ikut dalam percakapan publik, seseorang merasa lebih “terlihat” dan dianggap keberadaannya.

Baca Juga :  Mengapa Gaji PPPK Terlihat Lebih Tinggi Dibandingkan PNS? Ini Penjelasannya

Selain itu, teori Social Comparison menjelaskan bahwa manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain. Ketika seseorang merasa kalah atau tidak seberuntung pengguna lain yang membagikan kehidupan glamor di media sosial, komentar sinis sering menjadi bentuk ekspresi pelampiasan psikologis.

Fenomena kepo juga dapat dijelaskan secara neurologis. Saat seseorang menggali informasi pribadi orang lain, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang memberi rasa senang dan puas. Hal ini bisa menimbulkan semacam kecanduan yang membuat seseorang terus-terusan ingin tahu urusan orang lain.

Faktor budaya juga turut memperkuat perilaku ini. Sebagai masyarakat yang berbudaya kolektif, masyarakat Indonesia cenderung merasa bahwa urusan individu juga merupakan bagian dari urusan bersama. Nilai kebersamaan ini tak jarang meleburkan batas antara privasi dan ruang publik.

Baca Juga :  Tabrakan Maut di Kerinci, Dua Motor Bertabrakan, Satu Pengendara Tewas di Tempat

Sayangnya, kebiasaan ini juga diperburuk oleh rendahnya literasi digital masyarakat. Tidak semua pengguna memahami batasan privasi, etika berkomentar, serta dampak buruk dari ujaran negatif terhadap kondisi psikologis orang lain.

Fenomena kepo dan nyinyir memang tak hanya terjadi di Indonesia saja. Namun, kombinasi antara kebutuhan sosial, budaya kolektif, dan rendahnya pemahaman digital membuatnya menjadi lebih kentara di tanah air.

Agar ruang digital tetap sehat dan nyaman, penting bagi pengguna media sosial untuk meningkatkan literasi digital, menghargai privasi orang lain, dan membiasakan empati dalam berkomunikasi. Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk saling terhubung, bukan saling menjatuhkan satu dengan lainnya. (Wd)

Follow WhatsApp Channel britainaja.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pemerintah Tingkatkan Standar Keamanan di Lokasi Wisata Alam
Makna Mendalam di Balik Pesta Kesenian Bali: Jembrana Bicara Tentang Menjaga Alam dan Tradisi
Penutupan Sementara Jalur Pendakian Gunung Rinjani: Langkah Pemerintah Jaga Keselamatan Pendaki
Tantangan Pariwisata Bali: Vila Ilegal, Sampah, dan Kemacetan Jadi Sorotan Pemerintah
Respons Tegas Menteri Kebudayaan Soal Pacu Jalur Diklaim Malaysia
IndiHome FTTR: Solusi Internet Cepat dan Stabil di Seluruh Ruangan Rumah Anda
Film “Cyberbullying” Jadi Sarana Edukasi Etika Digital, Menkomdigi Tekankan Pentingnya Peran Masyarakat
96 Daftar Pinjol Resmi OJK Juli 2025: Waspadai yang Ilegal dan Pahami Legalitasnya

Berita Terkait

Kamis, 31 Juli 2025 - 06:10 WIB

Pemerintah Tingkatkan Standar Keamanan di Lokasi Wisata Alam

Sabtu, 19 Juli 2025 - 16:14 WIB

Makna Mendalam di Balik Pesta Kesenian Bali: Jembrana Bicara Tentang Menjaga Alam dan Tradisi

Sabtu, 19 Juli 2025 - 15:54 WIB

Penutupan Sementara Jalur Pendakian Gunung Rinjani: Langkah Pemerintah Jaga Keselamatan Pendaki

Sabtu, 19 Juli 2025 - 15:49 WIB

Tantangan Pariwisata Bali: Vila Ilegal, Sampah, dan Kemacetan Jadi Sorotan Pemerintah

Rabu, 9 Juli 2025 - 13:29 WIB

Respons Tegas Menteri Kebudayaan Soal Pacu Jalur Diklaim Malaysia

Berita Terbaru

10 Tempat Nongkrong Hits di Merauke yang Wajib Kamu Coba. (Foto: wisatalombok)

Wisata

10 Tempat Nongkrong Hits di Merauke yang Wajib Kamu Coba

Sabtu, 16 Agu 2025 - 07:09 WIB